Bitung – Walikota, Hanny Sondakh menyatakan hanya ada satu dua proyek fisik tahun 2013 yang mengalami keterlambatan. Keterlambatan tersebut kata dia dikarenakan faktor alam sehingga para kontraktor tidak menyelesaikan proyek tepat waktu.
“Memang ada satu dau proyek yang belum selesai dan itu otomatis terkana Tuntutan Ganti Rugi (TGR),” kata Sondakh beberapa waktu lalu.
Ia sendiri menyatakan keterlambatan bukan karena aadanya unsur kesengajaan dari para kontraktor tapi hanya semata karena pengaruh cuaca yang menjadi kendala dilapangan. “Kalian tahun sendiri akhir-akhir ini cuaca tidak menentu dan ini tentu sangat berpengaruh pada pekeraan proyek dilapangan,” katanya.
Pernyataan Sondakh soal hanya ada satu dua proyek yang bekal terkena TGR tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Buktinya dari penelusuran dilapangan, sejumlah proyek fisik yang belum tuntas ada sekitar 5 sampai 10 paket pekerjaan. Bukan cuma satu dua.
Sebut saja Penambahan ruangan kelas sekolah SMA Negeri 2 Kota Bitung dengan nilai kontrak Rp942.440.000, Pembangunan ruangan kelas sekolah SMA Negeri 1 Kota Bitung dengan nilai kontrak Rp943.700.000, Rehab Puskesmas Girian Weru dengan nilai kontrak Rp1.280.000.000 serta pembangunan rumah dinas Puskesmas Girian Weru, Pustu Danowudu dan sejumlah proyek lainnya.
Dari pantauan, proyek-proyek tersebut baru sekitar 70% pekerjaanya dan sejumlah pekerja terus berupaya untuk menyelesaikan pekerjaan. Menariknya dari pengakuan para pekerja, keterlambatan proyek bukan karena faktor alam seperti yang dikatakan Sondakh tapi dana yang terlambat dicairkan.
“Ini kwa masalah doi sampai ini proyek ndak cepat kelar,” kata salah satu pekerja.(abinenobm)
Bitung – Walikota, Hanny Sondakh menyatakan hanya ada satu dua proyek fisik tahun 2013 yang mengalami keterlambatan. Keterlambatan tersebut kata dia dikarenakan faktor alam sehingga para kontraktor tidak menyelesaikan proyek tepat waktu.
“Memang ada satu dau proyek yang belum selesai dan itu otomatis terkana Tuntutan Ganti Rugi (TGR),” kata Sondakh beberapa waktu lalu.
Ia sendiri menyatakan keterlambatan bukan karena aadanya unsur kesengajaan dari para kontraktor tapi hanya semata karena pengaruh cuaca yang menjadi kendala dilapangan. “Kalian tahun sendiri akhir-akhir ini cuaca tidak menentu dan ini tentu sangat berpengaruh pada pekeraan proyek dilapangan,” katanya.
Pernyataan Sondakh soal hanya ada satu dua proyek yang bekal terkena TGR tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Buktinya dari penelusuran dilapangan, sejumlah proyek fisik yang belum tuntas ada sekitar 5 sampai 10 paket pekerjaan. Bukan cuma satu dua.
Sebut saja Penambahan ruangan kelas sekolah SMA Negeri 2 Kota Bitung dengan nilai kontrak Rp942.440.000, Pembangunan ruangan kelas sekolah SMA Negeri 1 Kota Bitung dengan nilai kontrak Rp943.700.000, Rehab Puskesmas Girian Weru dengan nilai kontrak Rp1.280.000.000 serta pembangunan rumah dinas Puskesmas Girian Weru, Pustu Danowudu dan sejumlah proyek lainnya.
Dari pantauan, proyek-proyek tersebut baru sekitar 70% pekerjaanya dan sejumlah pekerja terus berupaya untuk menyelesaikan pekerjaan. Menariknya dari pengakuan para pekerja, keterlambatan proyek bukan karena faktor alam seperti yang dikatakan Sondakh tapi dana yang terlambat dicairkan.
“Ini kwa masalah doi sampai ini proyek ndak cepat kelar,” kata salah satu pekerja.(abinenobm)