
Bitung, BeritaManado.com – Janji Menteri PUPR RI, Basuki Hadimuljono untuk tidak “menyentuh” lokasi mata air Aerujang dan memilih menggeser lokasi pembangunan jalan tol Manado-Bitung hanya isapan jempol belaka.
Buktinya, hingga kini proses pembangunan jalan tol dari hari ke hari makin mendekati mata air Aerujang di Kelurahan Girian Permai dan tidak terlihat adanya perubahan rencana seperti menggeser 200 meter seperti yang diutarakan Menteri Basuki ketika berkunjung ke lokasi.
Aliansi Peduli Mata Air Aerujang sendiri tidak tinggal diam. Aliansi yang terdiri dari gabungan Pecinta Alam, Pemangku Adat Negeri Danowudu, Ormas Adat dan Sekolah Sungai Kota Bitung serta masyarakat terus menyuarakan penolakan pembangunan jalan tol di mata air Aerujang.
Dan, Sabtu (01/08/2020) malam, Aliansi Peduli Mata Air Aerujang menggelar diskusi dengan tema Tol, Mata Air Aerujang, Geser Atau Pertahankan? di salah satu taman literasi di Kecamatan Girian.
Dalam diskusi yang dihadiri sejumlah perwakilan tetap bersikukuh untuk menggeser proyek jalan tol dari mata air Aerujang dan sepakat menggelar aksi menyuarakan penyelamatan mata air.
Ketua Bidang Budaya Pemangku Adat Negeri Danowudu, Meidy Kalangi menegaskan, dirinya siap bersama anggota masyarakat Adat Danowudu untuk bersama-sama dalam gerakan menggeser jalan tol dari mata air Aerujang.
“Mata air Aerujang adalah bagian dari hutan adat Negeri Danowudu yang telah kami jaga secara turun temurun. Dan kami siap untuk mempertahankan mata air Aerujang,” tegas Meidy.
Meidy yang juga Wakil Panglima Benteng Manguni Negeri Danowudu dan Pasukan Adat Negeri Danowudu menyatakan, mata air Aerujang telah menghidupi ribuan masyarakat Kota Bitung dari tahun ke tahun namun kini keberadaannya terancam dengan pembangunan jalan tol.
“Mata air Aerujang adalah salah satu sumber mata air yang digunakan PDAM Duasudara Kota Bitung menyuplai air bersih ke rumah warga. Kami tidak akan tinggal diam dan tetap meminta pembangunan tol digeser,” katanya.
Rezaldy Sarendeng, perwakilan Sekolah Sungai Kota Bitung menyatakan, kehadiran Aliansi bukan untuk menolak pembangunan jalan tol melainkan hanya meminta agar rencana pembangunan digeser 200 meter dari lokasi mata air.
“Kami tegaskan, Aliansi tidak menolak pembangunan jalan tol. Kami hanya minta digeser jangan sampai mata air Aerujang bernasib sama dengan mata air lainnya yang dilalui proyek tol,” kata Rezaldy.
Pria berambut ikal ini sependapat dengan Pemangku Adat Negeri Danowudu untuk menggelar aksi agar pihak pengerja tol, PT Jasamarga Manado Bitung menggeser proyek jalan tol dari mata air Aerujang.
“Gerakan ini bukan hanya untuk kami, tetapi ini untuk banyak orang. Kota Bitung masih banyak yang susah mendapatkan air, tolong jangan ditambah lagi masyarakat yang susah mendapatkan air,” katanya.
(abinenobm)