Manado — Pakar Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Toar Palilingan menyayangkan aksi penolakan Habib Bahar Smith yang terjadi di Bandara Sam Ratulangi oleh sekelompok Ormas Adat, Senin (15/10/2018).
Menurutnya, Habib Smith itu juga dari Sulut, bahkan keluarganya yaitu Yahya Bin Smith dan Ato Bin Smith tercatat sebagai Dosen Pengajar di Unsrat.
“Mereka telah melahirkan belasan ribu sarjana hukum di Sulut bahkan mereka pernah menjadi Wakil Dekan dan Wakil Rektor di Unsrat,” ujarnya.
Toar Palilingan menduga kemungkinan ada yang memprovokasi.
“Ini yang perlu diwaspadai, sebelumnya ada ormas adat yang ingin mengawal haul tersebut, tapi justru kok ada yang termakan dengan isu, juga terhadap orang yang tidak tau dengan masalah,” kata Toar Palilingan saat dihubungi, Kamis (18/10/2018) siang.
Diketahui Habib Smith akan menghadiri acara haul ayahnya sekaligus acara Doa Bersama bagi korban bencana gempa yang terjadi di Palu dan Donggala, Senin (15/10/2018) malam di Karame.
Habib Smith sendiri memiliki keluarga di Kelurahan Karame dan Kabupaten Minahasa Tenggara.
“Kan masih kental dengan Sulawesi Utara, jadi gak mungkin mereka mau menciptakan konflik di Sulut karena mereka bagian dari masyarakat Sulut,” tegas Pakar Hukum Unsrat tersebut.
Ini mungkin menurutnya kurang informasi, disusupi oleh provokator, biar ada konflik apalagi menjelang Pemilu 2019.
“Jadi kita harus hati-hatilah menerima berita-berita, hoax-hoax, lagi pula Habib juga meyampaikan pesan-pesan di Haul tersebut dengan sangat menyejukkan, tidak seperti yang diduga atau diprovokasi media sosial,” terangnya.
Ia berharap masyarakat harus lebih waspada, dan jangan mudah meneruskan berita-berita yang sifatnya menciptakan kondisi yang tidak nyaman.
“Kita selama ini dikenal dengan slogan Torang Samua Basudara, dalam perbedaan menjadikan suasana lebih harmonislah. Jadi tolonglah, jangan mudah terpancing disusupi oleh orang-orang yang tidak bertangungjawab, terutama orang yang tidak sabar,” katanya.
Toar Palilingan juga mengapresiasi tindakan Kepolisian.
“Polisi harus tegas, satu-satunya jalan harus tegas. Menghadapi kondisi-kondisi seperti ini aparat harus tegas, kalau tidak tegas, kewibawaan tidak ada,” tegasnya.
Situasi dan kondisi Kota Manado pasca penolakan tersebut tetap aman dan sepenuhnya tetap terkendali.
(PaulMoningka)
Manado — Pakar Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Toar Palilingan menyayangkan aksi penolakan Habib Bahar Smith yang terjadi di Bandara Sam Ratulangi oleh sekelompok Ormas Adat, Senin (15/10/2018).
Menurutnya, Habib Smith itu juga dari Sulut, bahkan keluarganya yaitu Yahya Bin Smith dan Ato Bin Smith tercatat sebagai Dosen Pengajar di Unsrat.
“Mereka telah melahirkan belasan ribu sarjana hukum di Sulut bahkan mereka pernah menjadi Wakil Dekan dan Wakil Rektor di Unsrat,” ujarnya.
Toar Palilingan menduga kemungkinan ada yang memprovokasi.
“Ini yang perlu diwaspadai, sebelumnya ada ormas adat yang ingin mengawal haul tersebut, tapi justru kok ada yang termakan dengan isu, juga terhadap orang yang tidak tau dengan masalah,” kata Toar Palilingan saat dihubungi, Kamis (18/10/2018) siang.
Diketahui Habib Smith akan menghadiri acara haul ayahnya sekaligus acara Doa Bersama bagi korban bencana gempa yang terjadi di Palu dan Donggala, Senin (15/10/2018) malam di Karame.
Habib Smith sendiri memiliki keluarga di Kelurahan Karame dan Kabupaten Minahasa Tenggara.
“Kan masih kental dengan Sulawesi Utara, jadi gak mungkin mereka mau menciptakan konflik di Sulut karena mereka bagian dari masyarakat Sulut,” tegas Pakar Hukum Unsrat tersebut.
Ini mungkin menurutnya kurang informasi, disusupi oleh provokator, biar ada konflik apalagi menjelang Pemilu 2019.
“Jadi kita harus hati-hatilah menerima berita-berita, hoax-hoax, lagi pula Habib juga meyampaikan pesan-pesan di Haul tersebut dengan sangat menyejukkan, tidak seperti yang diduga atau diprovokasi media sosial,” terangnya.
Ia berharap masyarakat harus lebih waspada, dan jangan mudah meneruskan berita-berita yang sifatnya menciptakan kondisi yang tidak nyaman.
“Kita selama ini dikenal dengan slogan Torang Samua Basudara, dalam perbedaan menjadikan suasana lebih harmonislah. Jadi tolonglah, jangan mudah terpancing disusupi oleh orang-orang yang tidak bertangungjawab, terutama orang yang tidak sabar,” katanya.
Toar Palilingan juga mengapresiasi tindakan Kepolisian.
“Polisi harus tegas, satu-satunya jalan harus tegas. Menghadapi kondisi-kondisi seperti ini aparat harus tegas, kalau tidak tegas, kewibawaan tidak ada,” tegasnya.
Situasi dan kondisi Kota Manado pasca penolakan tersebut tetap aman dan sepenuhnya tetap terkendali.
(PaulMoningka)