Manado — African Swine Fever (ASF) mendapat perhatian serius dari sejumlah pihak.
Termasuk dari Sekretaris Komisi 4 DPRD Manado, Zakarias Tatukude SE, kepada BeritaManado.com, Jumat (11/10/2019).
“Saya pikir ini menjadi kewaspadaan kita semua, agar sedini mungkin dapat mencegah masuknya virus ASF ini,” kata Zakarias Tatukude kepada BeritaManado.com, Jumat (11/10/2019).
Tatukude berharap ada kerjasama dari semua pihak terkait agar virus tersebut tidak menyebar di Manado.
“Manado sebagai pintu gerbang masuknya turis asing bukan tidak mungkin berpotensi terbawanya virus ASF. Saya imbau kepada semua stakeholder terkait untuk bekerja sama mencegah masuknya virus tersebut,” ujar Zakarias Tatukude.
Ditambahkannya, bagi peternak agar segera melaporkan jika didapati babi peliharaanya ada masalah kesehatan.
“Segera laporkan agar bisa ditindaklanjuti,” pungkas Zakarias Tatukude.
Sementara itu, Herol Nganyo, peternak babi, warga Malalayang 1 Barat, saat dikonfirmasi BeritaManado.com, di kandang babi miliknya, Jumat (11/10/2019), mengatakan belum mengetahui tentang adanya virus ASF.
“Saya baru dengar sekarang kalau ada virus demam babi afrika dan boleh dilihat sendiri babi di kandang saya ini sehat semuanya,” ungkap Herol Nganyo.
African Swine Fever Virus
African Swine Fever (ASF) adalah penyakit perdarahan yang sangat menular pada ternak babi dan babi hutan yang disebabkan oleh virus Asfaviridae yang mempunyai tingkat virulensi yang tinggi.
Kutu genus Ornithodoros juga bisa terinfeksi virus ini.
Penularan penyakit ini melalui kontak langsung, selain itu daging babi, produk olahan dari babi yang tidak dimasak dengan sempurna bisa menjadi media pembawa penyakit ASF.
Penjelasan tersebut disampaikan Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado Ir Junaidi MM kepada BeritaManado.com, Jumat (11/10/2019).
Junaidi juga menjelaskan, dampak serangan penyakit ASF pada ternak babi yaitu, tingkat kematian pada stadium akut bisa mencapai 100%, tingkat kematian pada stadium kronis 30 sampai 70%.
“Virus ASF tidak menular ke manusia,” ujar Junaidi.
Mencuatnya penyebaran ASF dibeberapa negara memang menarik perhatian dan kewaspadaan Indonesia, khususnya Sulawesi Utara, dimana pada sektor sosial ekonomi masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar adalah konsumen daging babi, sehingga apabila terjadi serangan virus ASF maka pasokan daging babi di pasar akan sangat kekurangan.
“Tingkat kematian babi yang terserang virus ASF sangat tinggi, bisa mencapai 100% sehingga bisa merugikan peternak babi, selain itu akan mengganggu kestabilan harga daging babi di pasar sehingga bisa menyebabkan inflasi,” ungkap Junaidi.
(BennyManoppo)
Baca juga:
- Antisipasi Masuknya ASF ke Sulut, Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado Lakukan Ini
- Soal Demam Babi Afrika di Tomohon, Ini Tanggapan Kadis Pertanian dan Perikanan
- Virus Demam Babi Afrika Tidak Terdeteksi di Minsel
- Soal Virus ASF, ini Pernyataan Ketua Komisi II DPRD Sulut
- Mitra Masih Aman dari African Swine Fever Virus