BeritaManado.com — Masyarakat sering menganggap anemia dan darah rendah atau hipotensi sebagai kondisi yang serupa.
Padahal, keduanya adalah kondisi medis yang berbeda meskipun memiliki beberapa gejala yang tumpang tindih.
Menurut dokter spesialis patologi klinik RS Paru Rotinsulu, Frany Charisma mengatakan, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara keduanya.
Anemia adalah kondisi yang berhubungan dengan jumlah sel darah merah yang kurang atau struktur sel darah merah yang tidak optimal.
“Jika jumlah sel darah merah tidak mencukupi, oksigen yang dibawa oleh darah pun berkurang, sehingga muncul gejala seperti letih, lemah, lesu, dan lunglai,” ungkap Frany, dilansir dari Suara.com jaringan BeritaManado.com, pada Selasa (25/2/2025).
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia, penting untuk memeriksa kadar hemoglobin dalam darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kadar hemoglobin normal untuk laki-laki dewasa di atas 15 tahun adalah 13 gram/dL.
Jika kadar ini lebih rendah, maka seseorang dikategorikan mengalami anemia.
Sementara itu, darah rendah atau hipotensi lebih berkaitan dengan tekanan darah seseorang dan sering kali lebih kompleks dibandingkan anemia.
Hipotensi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kehilangan darah dalam jumlah besar akibat kecelakaan atau menstruasi berkepanjangan.
“Anemia bisa berkontribusi terhadap darah rendah karena tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kerja pompa jantung dan elastisitas pembuluh darah,” jelas Frany.
Hal ini terjadi karena ketika tubuh kekurangan sel darah merah, suplai oksigen ke jaringan tubuh berkurang, yang bisa memengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah, berpotensi menyebabkan tekanan darah menurun.
Frany juga menyoroti mitos yang sering berkembang di masyarakat, yaitu anggapan bahwa lansia lebih rentan mengalami hipotensi.
Meskipun elastisitas pembuluh darah menurun seiring bertambahnya usia, hal ini tidak selalu menyebabkan tekanan darah rendah.
Ia mengibaratkan pembuluh darah seperti selang air, di mana jika lebih kaku, tekanan darah cenderung lebih tinggi dibandingkan yang lebih elastis.
Oleh karena itu, lansia tidak selalu mengalami hipotensi karena ada perubahan pada elastisitas pembuluh darah mereka.
Adapun masyarakat sering kali keliru dalam membedakan anemia dan hipotensi, karena mengukur tekanan darah lebih mudah dilakukan daripada memeriksa kadar hemoglobin dalam darah.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun darah rendah (hipotensi) tidak menyebabkan anemia, anemia berpotensi menurunkan tekanan darah.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan kedua kondisi ini dan mencari penanganan yang tepat.
(jenlywenur)