Manado – Terletak di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol, situs wisata yang dimiliki pemerintah Provinsi Sulawesi Utara ini layak dilestarikan.
Pantauan Beritamanado.com, Minggu (15/9/2019), makam Tuanku Imam Bonjol, situs wisata religi cukup ramai pengunjung, saat itu nampak beberapa orang mengelilingi makam sedang melaksanakan doa.
Di atas makam terdapat batu nisan tertulis Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. Lahir 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat, wafat 6 November 1854 di Lota Minahasa.
Imam Bonjol meninggal dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda karena berperang menentang penjajahan untuk kemerdakaan tanah air, bangsa dan negara.
Di samping bangunan makam yang berbentuk rumah khas Minangkabau terdapat petunjuk arah menuju ke batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol.
Jaraknya ±65 meter menuruni anak tangga dengan pohon bambu di sisi kiri yang menaungi kita dari sinar matahari.
Setelah berada di bawah, tepat di samping sungai terdapat bangunan kecil tempat ibadah Tuanku Imam Bonjol dengan sebuah kolam dilengkapi sebuah kasebo tempat istirahat.
Di dalam bangunan kecil ini disediakan mushola dan disampingnya terdapat batu tempat Tuanku Imam Bonjol sholat.
Konon di batu yang ada selembar lipatan kain ini tergambar tapak tangan Tuanku Imam Bonjol seperti sedang sholat.
Hal ini dibenarkan Abdul Mutalib Popa, penjaga makam saat berbincang-bincang.
“Iya memang kalau dilihat di atas batu itu seperti ada gambar telapak tangan,” kata Abdul Popa.
Batu ini berada dalam ruang yang terletak di samping tebing berbatu.
Saat ditanya penghuni rumah-rumah yang ada di sekeliling makam, Abdul Popa mengatakan mereka adalah para keturunan Apolos, seorang pengawal Tuanku Imam Bonjol saat diasingkan ke Desa Lota.
“Kuburan yang di samping makam ini adalah milik keluarga keturunan Apolos yang tinggal di sekeliling makam,” kata Abdul Popa sambil menunjuk ke sisi sebelah luar pagar makam Tuanku Imam Bonjol.
Abdul Popa sebagai yang tertua dari keturunan Apolos yang jadi pengelola makam ini, menceritakan bahwa Apolos mengikuti Tuanku Imam Bonjol dalam pengasingan di Desa Lota ini.
Di masa pengasingan, Tuanku Imam Bonjol kesehariannya beraktifitas berkebun, beternak dan sholat hingga akhir hayatnya.
Sementara itu, Apolos menikah dengan seorang gadis Minahasa bermarga Parengkuan. Dari pernikahan Apolos dan Katrience Parengkuan inilah lahir penerus keturunannya.
“Kalau saya sudah keturunan ke-5, saya hilang marga karena kebetulan ibu saya yang keturunan dari Apolos,” kata Abdul Popa.
Abdul Popa berharap agar pemerintah dapat memberi perhatian, atas keberadaan Makam Pahlawan ini.
“Kiranya ada bantuan bulanan dari pemerintah, untuk perawatan dan kebersihan makam ini, apalagi atap makam ini sudah mulai bocor perlu diganti,” pungkas Abdul Popa.
(NovaManoppo)