Manado – Orang tua Oktavine Dorkas Silangen, mulai menemukan titik terang atas kehilangan putri semata wayangnya pada 12 Desember 2014 silam.
Pasalnya, salah satu tetangga dekat mengaku bahwa dirinya melihat Ine (panggilan akrab Octavine) di salah satu program berita televisi nasional, dimana Ine menjadi salah satu pengungsi ex-Gafatar yang kini berada di daerah Kalimantan.
Atas pengakuan tetangganya, Sarles Silangen dan Maria Lahengko pun semakin yakin bahwa anaknya terlibat Gafatar.
“Lalu kami sempat mendapat formulir Gafatar yang tersimpan diantara buku-buku milik Ine. Setahu saya itu didapatnya di sekolah. Lalu, tetangga kami bilang kalau dia melihat Ine di televisi dan ada di penampungan Gafatar. Jadi kami semakin yakin kalau hilangnya Ine ada hubungannya dengan Gafatar,” ujar Maria, ibu Octavine, Senin (25/1/2016).
Lanjutnya, Gadis kelahiran Manado, 25 Oktober 1999 ini merupakan gadis baik dan tidak terdapat hal apapun yang mencurigakan dari dirinya.
Siswi SMK Xaferius Manado ini pernah bercita-cita ingin naik pesawat.
Tapi, ibunya yang adalah pembantu rumah tangga dan ayahnya yang hanya seorang buruh bangunan tak mampu memenuhi keinginannya tersebut.
Hingga satu hari, Ine pamit ke rumah temannya dan tak kembali lagi.
Orang tua Ine pun berharap, pemerintah mau membantu keluarga untuk mencari dan memulangkan Ine.
“Kami mohon kepada pemerintah agar mau membantu kami. Segala upaya sudah kami lakukan, tapi kami terbatas khususnya masalah dana. Kami mohon agar pemerintah mau membantu mencari anak kami disana dan memulangkannya ke Manado, hingga boleh berkumpul bersama kami di rumah,” ucap Maria dengan penuh harap. (srisurya)
Baca juga:
Manado – Orang tua Oktavine Dorkas Silangen, mulai menemukan titik terang atas kehilangan putri semata wayangnya pada 12 Desember 2014 silam.
Pasalnya, salah satu tetangga dekat mengaku bahwa dirinya melihat Ine (panggilan akrab Octavine) di salah satu program berita televisi nasional, dimana Ine menjadi salah satu pengungsi ex-Gafatar yang kini berada di daerah Kalimantan.
Atas pengakuan tetangganya, Sarles Silangen dan Maria Lahengko pun semakin yakin bahwa anaknya terlibat Gafatar.
“Lalu kami sempat mendapat formulir Gafatar yang tersimpan diantara buku-buku milik Ine. Setahu saya itu didapatnya di sekolah. Lalu, tetangga kami bilang kalau dia melihat Ine di televisi dan ada di penampungan Gafatar. Jadi kami semakin yakin kalau hilangnya Ine ada hubungannya dengan Gafatar,” ujar Maria, ibu Octavine, Senin (25/1/2016).
Lanjutnya, Gadis kelahiran Manado, 25 Oktober 1999 ini merupakan gadis baik dan tidak terdapat hal apapun yang mencurigakan dari dirinya.
Siswi SMK Xaferius Manado ini pernah bercita-cita ingin naik pesawat.
Tapi, ibunya yang adalah pembantu rumah tangga dan ayahnya yang hanya seorang buruh bangunan tak mampu memenuhi keinginannya tersebut.
Hingga satu hari, Ine pamit ke rumah temannya dan tak kembali lagi.
Orang tua Ine pun berharap, pemerintah mau membantu keluarga untuk mencari dan memulangkan Ine.
“Kami mohon kepada pemerintah agar mau membantu kami. Segala upaya sudah kami lakukan, tapi kami terbatas khususnya masalah dana. Kami mohon agar pemerintah mau membantu mencari anak kami disana dan memulangkannya ke Manado, hingga boleh berkumpul bersama kami di rumah,” ucap Maria dengan penuh harap. (srisurya)
Baca juga: