Jakarta – Gerakan Pramuka merupakan salah satu metode pendidikan non formal yang diyakini dapat bermanfaat untuk menopang berbagai macam profesi seseorang di masa depan. Hal itulah yang disadari Kombes Pol Aridan J Roeroe.
Menurut Kepala Bagian Operasi dan Evaluasi Korps Sabhara Mabes Polri ini, bekal yang diperoleh dahulu saat masih bersekolah di Pramuka dapat membuat seseorang survive di saat menempuh pendidikan lanjut, juga ketika sudah bekerja dengan segala lika-likunya.
“Itulah yang saya kenang bersama teman seangkatan saat mengikuti Jambore Nasional tahun 1977 di Sibolangit. Memori itu kini sudah berusia 40 tahun, akan tetapi kenangan mengikuti perkemahan masih segar dalam ingatan kami,” kata Roeroe.
Waktu itu regu yang diberangkatkan berjumlah 60 orang, terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan. Meski perkemahan hanya seminggu, namun total perjalanan yaitu sebulan lebih. Hal itu karena transportasi yang digunakan adalah kapal laut.
Diceritakan mantan Kapolresta Manado ini, bahwa semua alumni Jambore Nasional Sibolangit 1977 kini sudah menekuni profesi masing-masing. Ada yang jadi polisi, pejabat pemerintahan dan lain sebagainya, baik yang ada di Tomohon maupun luar daerah.
“Pramuka banyak member pelajaran untuk mencintai alam. Maka dari itu saya juga melakukan hal serupa kepada anak-anak sesuai dengan kesukaan mereka. Ada yang menekuni olahraga selam, namun ada juga yang gemar berkeliling sambil ebrsepeda,” tuturnya, Minggu (24/9/2017).
Ditambahkannya, jika saat masih muda sudah terbiasa dengan alam, maka saat sudah dewasa, orang tersebut tidak akan kaku lagi jika diajak untuk melakukan sesuatu terkait aneka kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alam. (frangkiwullur)
Jakarta – Gerakan Pramuka merupakan salah satu metode pendidikan non formal yang diyakini dapat bermanfaat untuk menopang berbagai macam profesi seseorang di masa depan. Hal itulah yang disadari Kombes Pol Aridan J Roeroe.
Menurut Kepala Bagian Operasi dan Evaluasi Korps Sabhara Mabes Polri ini, bekal yang diperoleh dahulu saat masih bersekolah di Pramuka dapat membuat seseorang survive di saat menempuh pendidikan lanjut, juga ketika sudah bekerja dengan segala lika-likunya.
“Itulah yang saya kenang bersama teman seangkatan saat mengikuti Jambore Nasional tahun 1977 di Sibolangit. Memori itu kini sudah berusia 40 tahun, akan tetapi kenangan mengikuti perkemahan masih segar dalam ingatan kami,” kata Roeroe.
Waktu itu regu yang diberangkatkan berjumlah 60 orang, terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan. Meski perkemahan hanya seminggu, namun total perjalanan yaitu sebulan lebih. Hal itu karena transportasi yang digunakan adalah kapal laut.
Diceritakan mantan Kapolresta Manado ini, bahwa semua alumni Jambore Nasional Sibolangit 1977 kini sudah menekuni profesi masing-masing. Ada yang jadi polisi, pejabat pemerintahan dan lain sebagainya, baik yang ada di Tomohon maupun luar daerah.
“Pramuka banyak member pelajaran untuk mencintai alam. Maka dari itu saya juga melakukan hal serupa kepada anak-anak sesuai dengan kesukaan mereka. Ada yang menekuni olahraga selam, namun ada juga yang gemar berkeliling sambil ebrsepeda,” tuturnya, Minggu (24/9/2017).
Ditambahkannya, jika saat masih muda sudah terbiasa dengan alam, maka saat sudah dewasa, orang tersebut tidak akan kaku lagi jika diajak untuk melakukan sesuatu terkait aneka kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alam. (frangkiwullur)