Tondano – Perhelatan Pilkada serentak di Sulut tahun 2018 mendatang dinilai sangat menarik untuk diteropong, khususnya di Kabupaten Minahasa. Daerah ini tercatat merupakan wilayah dengan pemilih terbanyak kedua di kabupaten/kota se-Sulut setelah Manado.
Partai dan figur yang memberanikan diri untuk bertarung kini sedang mempersiapkan strategi jitu. Dalam hal ini ada dua partai yang bisa mencalonkan figr tanpa berkoalisi. Partai yang dimaksud adalah Golkar dan PDI Perjuangan. Calon petahana hampir dipastikan diusung oleh PDI Perjuangan.
Pengamat Politik Herry Plangiten mengatakan bahwa melihat dinamika di Minahasa, posisi sang petahana yang juga merupakan Ketua DPC mendapat penolakan dari internal partai khususnya ranting, anak ranting, sebagian PAC dan dari Olly Dondokambey Center (ODC).
“Hal yang cukup membingungkan antara lain dipertontonkannya adegan politik oleh PDIP sendiri. Pertama soal Pilkada Minahasa tahun 2012 lalu, dimana PDIP susah payah dan harus membuang malu meminang petahana sebagai calon Bupati. Hal itu mengingat calon petahana yang dimaksud diduga pernah mengatakan bahwa PDIP adalah Partai PKI dan waktu itu dia adalah kader Golkar,” jelas Plangiten.
Hal berikutnya yaitu mengenai perseteruan petahana dengan ODC dengan diketuai Fery Wowor yang juga merupakan representasi dari Gubernur Sulut Olly Dondokambey sendiri. Barangkali akan lebih bijaksana jika Dondokambey memediasi kedua tokoh yang berseberang pendapat.
“Kemungkinan hal itu telah dirancang sedemikian rupa untuk melihat siapa saja yang memiliki loyalitas kepada Olly Dondokambey. Pendapat pribadi saya bahwa PDIP akan tetap mencalonkan Jantje Wowiling Sajow. Pertimbangannya terlalu mahal bagi PDIP untuk kehilangan incumbent Bupati dan ketua partai,” ujarnya.
Menariknya, modal seorang incumbent atau petahana yaitu sekurang-kurangnya 30 persen suara yang bisa diperoleh dari mobilisasi ASB dan intimidasi keuasaan. (***/frangkiwullur)
Tondano – Perhelatan Pilkada serentak di Sulut tahun 2018 mendatang dinilai sangat menarik untuk diteropong, khususnya di Kabupaten Minahasa. Daerah ini tercatat merupakan wilayah dengan pemilih terbanyak kedua di kabupaten/kota se-Sulut setelah Manado.
Partai dan figur yang memberanikan diri untuk bertarung kini sedang mempersiapkan strategi jitu. Dalam hal ini ada dua partai yang bisa mencalonkan figr tanpa berkoalisi. Partai yang dimaksud adalah Golkar dan PDI Perjuangan. Calon petahana hampir dipastikan diusung oleh PDI Perjuangan.
Pengamat Politik Herry Plangiten mengatakan bahwa melihat dinamika di Minahasa, posisi sang petahana yang juga merupakan Ketua DPC mendapat penolakan dari internal partai khususnya ranting, anak ranting, sebagian PAC dan dari Olly Dondokambey Center (ODC).
“Hal yang cukup membingungkan antara lain dipertontonkannya adegan politik oleh PDIP sendiri. Pertama soal Pilkada Minahasa tahun 2012 lalu, dimana PDIP susah payah dan harus membuang malu meminang petahana sebagai calon Bupati. Hal itu mengingat calon petahana yang dimaksud diduga pernah mengatakan bahwa PDIP adalah Partai PKI dan waktu itu dia adalah kader Golkar,” jelas Plangiten.
Hal berikutnya yaitu mengenai perseteruan petahana dengan ODC dengan diketuai Fery Wowor yang juga merupakan representasi dari Gubernur Sulut Olly Dondokambey sendiri. Barangkali akan lebih bijaksana jika Dondokambey memediasi kedua tokoh yang berseberang pendapat.
“Kemungkinan hal itu telah dirancang sedemikian rupa untuk melihat siapa saja yang memiliki loyalitas kepada Olly Dondokambey. Pendapat pribadi saya bahwa PDIP akan tetap mencalonkan Jantje Wowiling Sajow. Pertimbangannya terlalu mahal bagi PDIP untuk kehilangan incumbent Bupati dan ketua partai,” ujarnya.
Menariknya, modal seorang incumbent atau petahana yaitu sekurang-kurangnya 30 persen suara yang bisa diperoleh dari mobilisasi ASB dan intimidasi keuasaan. (***/frangkiwullur)