MANADO – Terorisme kini telah menjadi musuh bersama seluruh negara di dunia. Peristiwa meledaknya bom di Pesantren Umar Bin Khattab di Nusa Tenggara Barat baru-baru ini, makin mencoreng citra pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam Tradisional yang seharusnya mengembang teologi damai.
Perkembangan demikian perlu dijadikan bahan renungan seluruh komponen bangsa dan bukan semata persoalan internal umat Islam saja. Sebab, dalam sejarahnya, tidak sedikit pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasionalis Islam yang berjuang mempertahankan kemerdekaa negara Indonesia.
Dapat dikatakan pesantren merupakan buah dari kreasi kultural yang menandai perjumpaan peradaban Islam dan masyarakat nusantara. Dalam perjumpaan, nilai-nilai Islam dan nusantara mengambil bentuk kelembagaannya dengan model pesantren yang memperkenalkan ilmu pengetahuan Islam dan model pengajaran berbasis asrama yang dipengaruhi oleh peradaban Hindu. Dengan kata lain keberadaan pesantren mampu menjadi sub kultur dalam rumah besar Indonesia.
Kesadaran inilah yang melatarbelakangi Rusli Umar Cs (Tim Kerja) melaksanakan dialog publik yang bertemakan “Deradikalisasi Terorisme : Menguatkan Peran Kebangsaan Pesantren, Meluaskan Gerakan Islam Rahmat Bagi Seluruh Alam” yang akan diselenggarakan pada Sabtu (23/07) besok di Pondok Pesantren Karya Pembangunan Jalan Arie Lasut Kombos Timur, mulai pukul 09.00 WITA.
Mengundang KH. Rizali M. Noor (Ketua Yayasan PKP), Holil Domu MSi (Kakanwil Kemenag Sulut) dan Kadir Intelkam Polda Sulut selaku pembicara. (me)