Bitung—Sejumlah nelayan Kota Bitung kembali mengeluhkan jatah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan Pertamina kepada mereka. Pasalnya, jumlah BBM yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan nelayan yang saat ini terus bertambah jumlahnya.
Menurut informasi, selain kapal penangkap diatas 30 grosston (GT) kapal ikan jenis handline kurang dari 5 GT kini berjumlah hampir 400 unit menggunakan BBM Subsidi. Akibatnya, PT Getra selaku penyalur BBM bersubsidi bagi para nelayan harus mengurangi jatah per nelayan agar semuanya bias mendapatkan bahan bakar untuk melaut.
“Agar penyaluran bisa merata kami memberikan jatah 15 kilo liter (KL) per kapal per bulan. Kendati jatah BBM subsidi yang harus diberikan sebenarnya 25 KL, tapi apa boleh buat pengurangan harus kami lakukan agar semua bisa melaut,” kata Kabid Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera, Endang Sunaryo, Rabu (20/3).
Menurut Sunaryo, jatah BBM dari Pertamina sejak tahun 2012 lalu hingga saat ini hanya 1000 KL/bulan. Sedangkan jumlah kebutuhan dilapangan sekitar 2000an KL perbulan, sehingga pihaknya mensiasati dengan melakukan pengurangan jatah.
“Ada sekitar 14000an nelayan yang mengantri setiap bulan untuk mendapatkan jatah tersebut karena jelas-jelas tidak mencukupi,” katanya.
Bahkan menurutnya, kebanyakan nelayan terpaksa membeli BBM dengan harga industri ke Pertamina karena pasokan yang diberikan benar-benar tidak mencukupi. “Masalah ini sudah beberapakali kami sampaikan ke Pertamina, bahkan juga meminta tambahan tapi belum direspon pihak Pertamina,” katanya.(enk)
Bitung—Sejumlah nelayan Kota Bitung kembali mengeluhkan jatah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan Pertamina kepada mereka. Pasalnya, jumlah BBM yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan nelayan yang saat ini terus bertambah jumlahnya.
Menurut informasi, selain kapal penangkap diatas 30 grosston (GT) kapal ikan jenis handline kurang dari 5 GT kini berjumlah hampir 400 unit menggunakan BBM Subsidi. Akibatnya, PT Getra selaku penyalur BBM bersubsidi bagi para nelayan harus mengurangi jatah per nelayan agar semuanya bias mendapatkan bahan bakar untuk melaut.
“Agar penyaluran bisa merata kami memberikan jatah 15 kilo liter (KL) per kapal per bulan. Kendati jatah BBM subsidi yang harus diberikan sebenarnya 25 KL, tapi apa boleh buat pengurangan harus kami lakukan agar semua bisa melaut,” kata Kabid Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera, Endang Sunaryo, Rabu (20/3).
Menurut Sunaryo, jatah BBM dari Pertamina sejak tahun 2012 lalu hingga saat ini hanya 1000 KL/bulan. Sedangkan jumlah kebutuhan dilapangan sekitar 2000an KL perbulan, sehingga pihaknya mensiasati dengan melakukan pengurangan jatah.
“Ada sekitar 14000an nelayan yang mengantri setiap bulan untuk mendapatkan jatah tersebut karena jelas-jelas tidak mencukupi,” katanya.
Bahkan menurutnya, kebanyakan nelayan terpaksa membeli BBM dengan harga industri ke Pertamina karena pasokan yang diberikan benar-benar tidak mencukupi. “Masalah ini sudah beberapakali kami sampaikan ke Pertamina, bahkan juga meminta tambahan tapi belum direspon pihak Pertamina,” katanya.(enk)