Disinyalir Para Kumtua Dipaksa Dinas Terkait Ikut Bimtek
Ratahan, BeritaManado.com – Sorotan dan kritikan dialamatkan terhadap agenda Bimbingan Teknis (Bimtek) puluhan Hukum Tua (Kumtua) Minahasa Tenggara (Mitra) yang digelar di Jakarta akhir pekan lalu.
Pasalnya, untuk kegiatan sekelas peningkatan kapasitas Hukum Tua dirasakan kurang tepat jika harus dilaksanakan jauh-jauh.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah pihak menuding kegiatan tersebut disinyalir hanya menghabiskan anggaran ratusan juta Dana Desa (Dandes) yang adalah uang rakyat.
Menurut aktifis Mitra Veppy Rambi, agenda Bimtek sekira 44 Hukum dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Belang, Ratahan Timur, dan Ratatotok, idealnya digelar jika ada aturan baru terkait kewenangan para Hukum Tua, ataupun regulasi baru terkait pengelolaan Dana Desa yang bersifat penting.
“Kalau Bimtek di Jakarta, tujuannya apa? Di Jakarta mau belajar apa? Saya kira kalau hanya soal peningkatan kapasitas pemerintah desa, tidak perlu jauh-jauh, apalagi sampai ke Jakarta. Cukup disini saja, di provinsi ataupun di kabupaten juga bisa. Kalau memang perlu, datangkan nara sumber ke sini,” ungkap Veppy Rambi.
Hal ini sangat disayangkan karena agenda ini diduga dijadikan modus untuk plesiran, terlebih ketika para hukum tua justru pamer foto di media sosial kala berada di lokasi wisata.
Atau mungkin juga ini merupakan kebijakan dinas terkait dalam mendukung program pemerintah kabupaten yang akan fokus ke pariwisata tahun depan sehingga merasa perlu untuk para hukum tua meninjau sejumlah tempat wisata.
“Bisa jadi Bimtek hanya beberapa jam saja, tapi agenda wisatanya yang banyak. Ini kan sangat mengecewakan disaat pemerintah kabupaten yang secara gamblang menyerukan penghematan. Apa mau disampaikan ke masyarakat dan apa yang didapat dari sana untuk diterapkan disini?” ujar Veppy Rambi.
Menurutnya, akan lebih bijaksana jika uangnya justru digunakan untuk membangun infrastruktur di desa karena saat ini masyarakat menaruh ekspektasi besar terhadap para Hukum Tua untuk menerapkan program pro rakyat dan tidak untuk kepentingan pribadi.
“Saya berharap ke depan agenda seperti ini harus dikaji lagi. Kalau tidak terlalu mendesak, untuk apa Bimtek jauh-jauh. Malahan akan lebih baik apabila kita bangun desa agar dari luar daerah bisa belajar di Kabupaten Mitra,” tandasnya.
Senada disampaikan Zulfan Junus salah satu tokoh masyarakat Mitra, dirinya menilai agenda Bimtek kali ini terkesan dipaksakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat (PMD).
“Keberangkatan Hukum tua dan Camat yang ada di tiga Kecamatan ini patut dipertanyakan. Bahkan, dari informasi yang didapat dari salah satu oknum kumtua bahwa keberangkatan para kumtua ini terkesan dipaksakan Dinas PMD dengan menggunakan Dana Desa,” kata Zulfan Junus salah satu Tokoh Pemuda Belang.
Menurut Zulfan, sebelumnya ada beberapa kumtua yang sebetulnya mengkui enggan untuk hadir dalam Bimtek di Jakarta tersebut.
Mereka menyebut bahwa Bimtek sebaiknya dilakukan di dalam daerah atau minimal di Manado karena fasilitas yang lebih memadai, namun Dinas PMD seperti setengah memaksa agar seluruh hukum tua wajib berangkat.
“Ini sebelumnya sudah ada yang mengaku sehingga tentunya sebagai masyarakat sedikit menyayangkan sikap dari instansi terkait,” tukas Zulfan Junus.
Satu hal yang lebih memperparah keadaan karena dalam kegiatan tersebut diketahui setiap desa mengalokasikan anggaran sebesar 12-15 juta rupiah yang diambil dari dandes.
“Tentu Bimtek seperti ini sangat menelan biaya besar, beda jika pelaksanaan di Manado tentu anggarannya tidak sebesar ini,” pungkas Zulfan Junus.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Mitra Boyke Akay mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas aparatur pemerintah.
“Kalau pemerintahan baru harus ada bimtek untuk menambah kapasitas mereka,” kata Boyke Akay.
Lanjut dikatakannya, anggaran Bimtek memang dari dandes dan nantinya akan diberi perincian terkait dana yang dipakai.
“Itu sudah tanggung jawab Kumtua terkait biaya perjalanan yang ada. Terkait tudingan ada desakan untuk Bimtek kepada para Hukum Tua, itu tidak benar dan hanya miss komunikasi saja,” jelas Boyke Akay.
(Jenly Wenur)