Manado, BeritaManado.com — Situasi di Lebanon yang terus bergolak pasca pembunuhan dua petinggi Hamas di Teheran dan Beirut mendorong seluruh kantor perwakilan pemerintah asing di negara itu untuk menyelamatkan warga negara masing-masing.
Pemerintah Indonesia juga telah memulai langkah-langkah untuk memulangkan WNI di Lebanon.
Serangan drone yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Teheran pada 31 Juli lalu, dan serangan serupa sehari sebelumnya di Beirut yang menewaskan komandan Hezbullah, Fouad Shukur, telah memicu ketegangan baru di Timur Tengah.
Hamas, Hezbollah dan Iran menuding Israel berada di balik serangan-serangan itu.
Israel sejauh ini baru menyebut serangan terhadap Fouad Shukur dan belum memberikan indikasi keterlibatan mereka dalam serangan terhadap Ismail Haniyeh.
Namun, hal itu tidak menyurutkan Hamas, Hezbollah, Iran dan bahkan kelompok militant Houthi di Yaman untuk menyampaikan ancaman serangan balasan.
Suasana di kawasan itu pun memburuk di tengah perang Israel-Hamas yang sudah memasuki bulan kesepuluh dan tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Untuk itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut dan kantor-kantor perwakilan diplomatik Indonesia di Timur Tengah telah menyusun rencana kontijensi untuk mengantisipasi jika terjadi peningkatan konflik yang membahayakan warga Indonesia.
“Dalam konteks rencana kontijensi tersebut, KBRI Beirut telah meningkatkan status siaga kedaruratan, dari Siaga 2 ke Siaga 1. Sebetulnya status Siaga 1 telah ditetapkan tahun lalu untuk wilayah Lebanon Selatan ketika konflik Gaza pecah dan Siaga 2 untuk wilayah beirut dan sekitarnya,” kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/8).
KBRI Beirut kini telah menaikkan status keamanan menjadi Siaga I di seluruh wilayah Lebanon dan memulai langkah-langkah untuk memulangkan sekitar 203 WNI di negara itu.
Angka ini di luar 1.232 personel TNI yang tergabung dalam United Nation Interim Force in Libanon (UNIFIL).
KBRI Beirut telah mengintensifkan komunikasi dengan seluruh WNI di Libanon, yang sebagian memilih akan tetap tinggal di sana.
“Namun dalam konteks kedaruratan dan dalam rangka mengantisipasi eskalasi lebih lanjut, kami kembali menyampaikan himbauan kepada seluruh WNI di Lebanon untuk meningkatkan kewaspadaan lalu mengikuti langkah-langkah kontijensi yang telah diterapkan dan ditetapkan oleh KBRI Beirut. Kami sangat mengimbau kepada para WNI yang ada di Lebanon untuk dapat segera meninggalkan Lebanon,” ujarnya.
Lebih jauh pemerintah Indonesia, tambah Judha, mengimbau seluruh warga Indonesia yang berencana melawat ke Lebanon, Iran, dan Israel untuk menangguhkan keberangkatan hingga situasi lebih aman.
Sejauh ini masih ada sejumlah WNI yang berada di Israel untuk berziarah.
Pembunuhan Haniyeh Dorong Keikutsertaan Iran.
Pengamat Hubungan Internasional di Universitas Diponegoro Mohamad Rosyidin mengatakan pembunuhan Haniyah akan berdampak negatif pada prospek perdamaian di Timur Tengah, tidak saja karena ia tokoh penting yang dekat dengan penguasa di Iran, tetapi juga karena pembunuhan terjadi di Teheran, hanya berselang satu hari setelah ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
“Ini justru akan menutup pintu bagi perdamaian, memperburuk keadaan di kawasan. Terlebih pihak-pihak lain terlibat sehingga konflik ini tidak hanya bereskalasi tapi multifront karena pertempuran tidak hanya di Gaza,” tuturnya.
(Sumber: voindonesia.com)