Minut, BeritaManado.com – Air mata Simon Rorimpandey (64) belum juga kering.
Pikirannya melayang mengingat peristiwa yang terjadi 1 bulan terakhir.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) seketika mengubah hidupnya.
Baru Rabu (20/5/2020) lalu, pria lanjut usia dari Desa Wusa Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara itu memperingati 40 hari kematian sang istri yang menjadi salah satu korban COVID-19.
Ibadah itu hanya dihadiri 2-3 orang pelayan khusus di gereja dimana ia berorganisasi.
Istri Simon Rorimpandey, merupakan pasien kasus ke-7 positif COVID-19 di Sulawesi Utara sekaligus pasien kasus pertama di Kabupaten Minahasa Utara.
Ia meninggal dunia pada Jumat (10/4/2020) sekitar pukul 04.00 Wita dengan kisah pilu dimana jenazah sempat terlantar beberapa jam di areal pekuburan akibat tidak ada petugas medis yang berjaga.
Selama 40 hari ini pula, Simon sulit tidur.
Tidak ada lagi istri yang setia menemaninya dalam keseharian.
Status dia sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) pun semakin menambah derita pak Simon.
Ia merasa dijauhi warga desa.
Hasil panen di kebun sepi pembeli, perahan nira untuk dijadikan saguer dan cap tikus tak ada yang beli.
Ia kesulitan secara ekonomi, sedang bantuan pemerintah baru satu kali diterima, beras 3Kg dan 2 buah ikan kaleng.
Sungguh bertahan dalam stigma sebagai ODP COVID-19 sangat berat baginya.
Padahal satu minggu setelah sang istri meninggal, Simon sudah mengantongi hasil swab dari RSUD Maria Walanda Maramis Minut bahwa ia negatif COVID-19.
Sesuai protokol, Simon mengaku sudah melakukan karantina mandiri selama 14 hari di rumah sakit.
Pun demikian dengan hasil swab test kedua dari almarhumah sang istri yang dinyatakan negatif.
“Tapi saya selalu dianggap positif COVID-19. Tetangga menjauh. Mereka takut tertular,” kata Simon.
Akibat berminggu-minggu diperlakukan tak adil, Simon kemudian mendapat ide membuat baliho dan digantung di teras rumah.
Isinya berupa peringatan agar masyarakat yang tidak mempunyai surat kesehatan dari dokter tidak boleh masuk ke rumahnya.
“Saya terlanjur sakit hati diperlakukan begini. Waktu istri saya positif, diumumkan kemana-mana bahkan sampai pakai pengeras suara. Saat saya negatif, tidak diumumkan. Saya ingin bilang kalau saya ini sehat dan ada bukti surat pemeriksaan kesehatan. Orang lain belum tentu terlihat sehat lalu benar-benar sehat,” tambah Simon.
Kisah Simon hanya satu dari ratusan jeritan warga lain yang terjepit stigma COVID-19.
Pun berlaku bagi para tenaga kesehatan, yang terpaksa harus “mengungsi” menjauh dari warga dan keluarga.
Jangankan berstatus OPD dan Kontak Erat Resiko Tinggi (KERT), sudah jadi mayat pun tetap ditolak.
Hal ini membuat Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pun menyiapkan sejumlah lokasi sebagai rumah singgah bagi Orang Dalam Pengawasan (ODP).
Karo Pemerintahan Jemmy Kumendong mengatakan, sedikitnya sudah ada 766 kamar disiapkan sebagai lokasi karantina bagi setiap ODP di Sulut.
Jemmy merincikan lokasi rumah singgah tersebut rata-rata meminjam gedung-gedung pemerintah, diantaranya Kantor Penanggulangan Krisis Kesehatan di Teterusan Kota Manado (30 tempat tidur), Kantor Diklat Maumbi Kabupaten Minahasa Utara (100 tempat tidur), Kantor Bapelkes di Malalayang Kota Manado (270 tempat tidur), asrama haji di Tuminting Kota Manado (300 tempat tidur), RSUD Bitung (20 tempat tidur ruang khusus isolasi), Lembaga Pengembangan Mutu Pendidikan (eks BPG) di Pineleng Kabupaten Minahasa (40 tempat tidur belum termasuk kamar ber-AC), dan RSUD Noongan Kabupaten Minahasa (6 tempat tidur ruang khusus isolasi).
“OPD diisolasi disitu,” ujar Jemmy Kumendong.
Sementara, Karo Umum Pemprov Sulut Clay Dondokambey menghimbau agar masyarakat tidak memberi stigma negatif pada mereka yang positif terpapar virus corona.
Melalui media sosial, pemerintah mengkampanyekan gerakan untuk meniadakan lagi stigma buruk kepada pasien terkait virus corona, baik itu berstatus orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP) dan tentunya tenaga medis.
“Pasien positif corona bukan aib, apalagi baru ODP. Bayangkan kalo yang sakit itu adalah kita? Mari kita saling mendukung dan menyemangati. Lawan virusnya, bukan orangnya,” pesan Clay.
(Finda Muhtar)
Baca Juga:
Pemkab Minut Kelabakan Tangani 1 Pasien COVID-19, Jenazah Sempat Terlantar
Kabar Duka, Pasien Positif COVID-19 Asal Minut Meninggal Dunia
Update COVID-19 di Sulut: 23 Mei, Bertambah 3 Kasus Positif
Pemkab Minut Tak Punya Website Khusus Perkembangan COVID-19