Amurang – Keturunan Tionghoa di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), tepatnya di Amurang menggelar sembahyang Cheng Beng atau Cing Ming di pekuburan Tionghoa Dan Cing Ming, tanggal 6 April dimana dinilai hari yang baik untuk ziarah ke makam leluhur dan saudara yang telah meninggal.
“Ini sudah menjadi keharusan bagi umat Konghucu dalam rangka melaksanakan Laku Bhakti. Untuk itu pada acara ini dipersembahkan persembahan bhakti setiap umat. Ini sudah menjadi keharusan memberi persembahan, tanpa memandang besar kecil persembahan bakti,” ujar Ketua Kerukuanan Duka Tionghoa (KDT) Amurang, Herry Mongkareng.
Intinya, menurut Ko Teng, sapaan akrab Mongkareng, umat manusia harus menghingat apa yang mula pertama didapat dari ajaran orang tua. Artian selalu menghingat untuk berbhakti kepada Tian atau Tuhan.
Ia menambahkan, gelaran ini sudah ada sebelum Nabi Konghucu lahir, sebelum masehi. Penyelenggara dilaksanakan umat Konghucu Amurang dan dana yang terkumpul dari seluruh masyarakat Tionghoa tidak dilihat dari beragama apa.
“Harapan KDT, ini terus dilestarikan, menjadi suatu kebudayaan Tionghoa yang ada di Minsel. Untuk itu, perlu dukungan segenap umat dan masyarakat Tionghoa yang ada di Amurang maupun di luar Amurang dapat menjalin kerjasama yang baik melestarikannya” ungkap Mongkareng. (Sanly Lendongan)
Amurang – Keturunan Tionghoa di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), tepatnya di Amurang menggelar sembahyang Cheng Beng atau Cing Ming di pekuburan Tionghoa Dan Cing Ming, tanggal 6 April dimana dinilai hari yang baik untuk ziarah ke makam leluhur dan saudara yang telah meninggal.
“Ini sudah menjadi keharusan bagi umat Konghucu dalam rangka melaksanakan Laku Bhakti. Untuk itu pada acara ini dipersembahkan persembahan bhakti setiap umat. Ini sudah menjadi keharusan memberi persembahan, tanpa memandang besar kecil persembahan bakti,” ujar Ketua Kerukuanan Duka Tionghoa (KDT) Amurang, Herry Mongkareng.
Intinya, menurut Ko Teng, sapaan akrab Mongkareng, umat manusia harus menghingat apa yang mula pertama didapat dari ajaran orang tua. Artian selalu menghingat untuk berbhakti kepada Tian atau Tuhan.
Ia menambahkan, gelaran ini sudah ada sebelum Nabi Konghucu lahir, sebelum masehi. Penyelenggara dilaksanakan umat Konghucu Amurang dan dana yang terkumpul dari seluruh masyarakat Tionghoa tidak dilihat dari beragama apa.
“Harapan KDT, ini terus dilestarikan, menjadi suatu kebudayaan Tionghoa yang ada di Minsel. Untuk itu, perlu dukungan segenap umat dan masyarakat Tionghoa yang ada di Amurang maupun di luar Amurang dapat menjalin kerjasama yang baik melestarikannya” ungkap Mongkareng. (Sanly Lendongan)