Bitung – Kapolres Bitung, AKBP Philemon Ginting SIK MH mengajak masyarakat untuk melawan dan menjadi anti virus serta vaksin penyebarluasan berita Hoax.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di seminar dengan Tema “Peranan Warga Gereja dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan sebagai Wujud Bela Negara, Menangkal Berita Hoax, Penyalahgunaan Narkoba serta Peranan Warga Gereja dalam Mensukseskan Program Pemerintah Kota Bitung menuju Bitung Hebat” yang digelar di Gereja Tasik Wangurer Barat Kota Bitung, Sabtu (18/03/2017).
Kapolres menyampaikan, wabah Hoax telah menjadi masalah nasional antara lain perpecahan, instabilitas politik dan gangguan keamanan yang berpotensi menghambat pembangunan nasional.
“Kami minta masyarakat Kota Bitung bisa membentengi diri dengan virus Hoax karena dampak sangat berbahaya. Selain membuang-buang waktu, Hoax juga menjadi pengalih isu, pemicu kepanikan publik dan penipuan publik,” katanya.
Ia menjelaskan, sumber Hoax berasal dari konvensional yakni Media Cetak dan Televisi, cyber seperti media sosial, portal berita dan media chatting.
Dan dari hasil survei channel penyebaran Hoax kata dia, Social Media 92,40%, aplikasi chatting 63,80% dan Situs Web 34,90%.
“Hoax di Nusantara terdiri dari, sosial politik 91,80%, SARA 88,69%, kesehatan 41,20%, makanan dan minuman 32,60%, penipuan keuangan 24,50%, iptek 23,70%, berita dunia 18,80%, candaan 17,60% serta bencana alam 10,30%,” katanya.
Philemon meminta masyarakat mengenali Hoax dengan cara, pertama, perlu sadar bila Hoax adalah kabar palsu yang sengaja dibuat.
Kedua, Hoax bisa berupa email, broadcast, hingga SMS. Ketiga, Hoax biasanya diawali kata-kata sugestif dan heboh. Keempat, Isi Hoax kerap mencatut nama-nama ilmuan atau lembaga terkenal.
Kelima, Berita Hoax terdengar mustahil terjadi. Keenam, Hoax tidak muncul di media-media massa dan hanya diketahui lewat pesan berantai. Keetujuh, Kalimat hoax banyak ditulis dengan huruf kapital dan tanda seru.
“Jaman sekarang bukan lagi berhati-hati dengan mulut tapi sudah diganti dengan “hati-hati dengan jarimu, karena jarimu harimaumu”. Sangat besar dampak dari berita Hoax sehingga bisa menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
Adapun cara memerangi Hoax kata Philemon adalah, memeriksa ulang judul berita provokatif, meneliti alamat situs web, membedakan fakta dengan opini, cermat membaca korelasi foto dan caption yang provokatif dan ikut serta dalam komunitas daring.
“Harus diingat, penanggung jawab terbesar terhadap penyebaran Hoax adalah diri sendiri yang mau membenarkan berita yang ada atau tidak. Jadi marilah sama-sama kita menjadi anti virus dan vaksin untuk menangkal Hoax,” katanya.(abinenobm)
Bitung – Kapolres Bitung, AKBP Philemon Ginting SIK MH mengajak masyarakat untuk melawan dan menjadi anti virus serta vaksin penyebarluasan berita Hoax.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di seminar dengan Tema “Peranan Warga Gereja dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan sebagai Wujud Bela Negara, Menangkal Berita Hoax, Penyalahgunaan Narkoba serta Peranan Warga Gereja dalam Mensukseskan Program Pemerintah Kota Bitung menuju Bitung Hebat” yang digelar di Gereja Tasik Wangurer Barat Kota Bitung, Sabtu (18/03/2017).
Kapolres menyampaikan, wabah Hoax telah menjadi masalah nasional antara lain perpecahan, instabilitas politik dan gangguan keamanan yang berpotensi menghambat pembangunan nasional.
“Kami minta masyarakat Kota Bitung bisa membentengi diri dengan virus Hoax karena dampak sangat berbahaya. Selain membuang-buang waktu, Hoax juga menjadi pengalih isu, pemicu kepanikan publik dan penipuan publik,” katanya.
Ia menjelaskan, sumber Hoax berasal dari konvensional yakni Media Cetak dan Televisi, cyber seperti media sosial, portal berita dan media chatting.
Dan dari hasil survei channel penyebaran Hoax kata dia, Social Media 92,40%, aplikasi chatting 63,80% dan Situs Web 34,90%.
“Hoax di Nusantara terdiri dari, sosial politik 91,80%, SARA 88,69%, kesehatan 41,20%, makanan dan minuman 32,60%, penipuan keuangan 24,50%, iptek 23,70%, berita dunia 18,80%, candaan 17,60% serta bencana alam 10,30%,” katanya.
Philemon meminta masyarakat mengenali Hoax dengan cara, pertama, perlu sadar bila Hoax adalah kabar palsu yang sengaja dibuat.
Kedua, Hoax bisa berupa email, broadcast, hingga SMS. Ketiga, Hoax biasanya diawali kata-kata sugestif dan heboh. Keempat, Isi Hoax kerap mencatut nama-nama ilmuan atau lembaga terkenal.
Kelima, Berita Hoax terdengar mustahil terjadi. Keenam, Hoax tidak muncul di media-media massa dan hanya diketahui lewat pesan berantai. Keetujuh, Kalimat hoax banyak ditulis dengan huruf kapital dan tanda seru.
“Jaman sekarang bukan lagi berhati-hati dengan mulut tapi sudah diganti dengan “hati-hati dengan jarimu, karena jarimu harimaumu”. Sangat besar dampak dari berita Hoax sehingga bisa menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
Adapun cara memerangi Hoax kata Philemon adalah, memeriksa ulang judul berita provokatif, meneliti alamat situs web, membedakan fakta dengan opini, cermat membaca korelasi foto dan caption yang provokatif dan ikut serta dalam komunitas daring.
“Harus diingat, penanggung jawab terbesar terhadap penyebaran Hoax adalah diri sendiri yang mau membenarkan berita yang ada atau tidak. Jadi marilah sama-sama kita menjadi anti virus dan vaksin untuk menangkal Hoax,” katanya.(abinenobm)