Minut, BeritaManado.com – Untuk pertama kalinya sejak dimekarkan dari Kabupaten Minahasa pada 17 tahun lalu, Majelis Adat Budaya Tonsea Minahasa di Desa Kaima Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara (Minut) menggelar ritual adat pengutusan kepada calon kepala daerah.
Secara khusus, Majelis Adat Budaya Tonsea Minahasa di Desa Kaima mengutus Calon Bupati Minut Joune Ganda, putra asli Desa Kaima untuk memenangkan pertempuran Pemilihan Bupati (Pilbup) Minut, 9 Desember nanti.
Ritual Adat Pengutusan dilaksanakan di Villa Telaga Rae, Desa Kaima, Senin (16/11/2020) pagi tadi, dipimpin salah satu pengurus Majelis Adat Budaya Tonsea Minahasa dan juga Tokoh Kaima Maxy Pinontoan.
“Seorang pemuda pemberani disebut Waraney yang akan ke medan perang, harus dibekali dengan berbagai keterampilan dan ilmu dari para tonaas. Para tonaas yang disebut makasiouw (berjumlah 9 orang) mempunyai ilmu dan keahlian berbeda-beda. Seorang waraney harus betul-betuk pemuda kuat perkasa karena untuk menerima ilmu dan keterampilan dari para tonaas, setelah ilmu dan keterampilan diturunkan dan para tonaas merasa yakin bahwa sang waraney sudah siap, maka Pimpinan Makasiouw akan memberikan santi kepada sang waraney,” ujar Maxi Pinontoan.
Pemuda yang dimaksud adalah Joune Ganda, sementara medan perang yaitu Pilbup Minahasa Utara.
Pinontoan menjelaskan, Santi sebagai alat perang berupa pedang, merupakan pusaka Desa Kaima, dan selama 17 tahun Kabupaten Minut berdiri, belum pernah dikeluarkan dari tempat penyimpanannya.
“Pegang dan jaga baik-baik santi ini, dikeluarkan diwaktu yang tepat dan disimpan pada tempatnya,” pesan Maxi.
Adapun filosofi yang terkandung dalam ritual ini yaitu para tokoh adat mendukung Joune Ganda setulus hati untuk membawa nama baik Desa Kaima dan memenangkan pertarungan Pilbup Minut 2020.
“Karena santi yang dipegang sekali keluar dari sarungnya pantang disarungkan kembali sebelum berhasil. Dengan kata lain ketika telah dibekali harus maju berperang dan yakin pasti menang,” pesan Maxi Pinontoan.
Selama proses ritual adat, tampak Joune Ganda ditempat langsung istri tercinta Rizya Ganda Davega dan sang bunda Vonny Maramis.
Joune tampak gagah dengan balutan baju adat Minahasa dikelilingi para tokoh adat dengan jubah yang sama.
Santi merupakan salah satu senjata khas Minahasa.
Senjata berupa parang atau pedang ini digunakan oleh oleh para pelindung negeri (waraney) di masa lampau.
Dalam bahasa Tombulu, santi berarti pemisah. Selain digunakan untuk berperang, santi juga digunakan sebagai alat berburu dan bertani.
Konon, pedang khas Minahasa ini pertama kali dibuat sekitar lima ribu tahun lalu oleh Opo Marentek.
Bentuk santi mirip dengan senjata-senjata tradisional berbentuk pedang lainnya, seperti kampilan dari Mindanau, mandau dari suku Dayak, parang nenek moyang dari Toraja, serta senjata dari daerah Timor dan Maluku.
(Finda Muhtar)