Sonder, BeritaManado.com — Daniel Mandagi bagi umat Katolik Paroki St. Petrus Langowan dan Keuskupan Manado telah menjadi tokoh perintis kembalinya misi pewartaan para misionaris.
Daniel Mandagi sendiri meninggalkan jejak perkembangan umat Katolik dalam sebuah buku yang ditulis dengan tangannya sendiri.
Kepada BeritaManado.com beberapa hari lalu, salah seorang tokoh umat Katolik di Stasi Tuncep Jopi Kojoh mengatakan bahwa dahulu rumah yang sekarang ditinggali merupakan tempat persinggahan beberapa Pastor yaitu Van Den Hurk MSC dan Van Baars MSC.
“Pada suatu kesempatan, Pastor Van Baars MSC singgah sebentar di rumah dan meminta air minum setelah pulang melayani umat di tempat lain. Entah apa yang ada dalam pikiran ayah saya waktu itu, sampai pada suatu ketika dia menyatakan diri ingin menjadi anggota Gereja Katolik,” katanya.
Setelah melakukan persiapan, ayah Jopi Kojo serta sekeluarga dibaptis bersama tiga keluarga lainnya dan beberapa waktu kemudian, ayahnya dipilih untuk menjadi Ketua Stasi Tincep yang pertama.
“Dalam perkembangan umat Katolik di Stasi Tincep, saya akhirnya dipilih menjadi Ketua Stasi yang ketiga. Pada awal pelayanan, saya merasa perlu menimbah pengetahuan tentang liturgi dan pelayanan keumatan. Sampai pada akhirnya saya menemukan sebuah peti kayu berwarna coklat yang isinya buku-buku,” ungkap Kojo.
Saat melihat seluruh isi peti, ditemukanlah buku yang berisi tulisan tangan Daniel Mandagi diantara tumpukan buku lainnya.
Karena merasa bahwa apa yang ditemukan itu adalah bagian penting dari sejarah perkembangan umat Katolik, maka buku itu disimpan kembali dalam peti kayu itu yang dulunya sering dibawa Pastor Van Baars MSC saat melayani umat.
“Saya berkata kepada isteri jangan sampai peti kayu itu dibuka anak-anak dan mengambil buku-buku yang disimpan. Setelah beberapa lama kemudian, saya kembali membuka peti kayu kayu itu dan saya terkejut, karena seisi peti dipenuhi dengan semut putih dan merusak buku-buku yang ada. Sekejap saya terdiam dan menyesali perintah yang pernah saya katakan tentang peti itu. Saya pun bermaksud membuang buku-buku itu. Saat membuang buku di samping rumah, tiba-tiba terjatuh buku Daniel Mandagi di kekat kaki saya dan kondisinya tidak ada kerusakan. Saya percaya buku itu dijaga oleh malaikat,” ujarnya.
Setelah peristiwa itu, Jopi Kojo berpikir bahwa buku tersebut harus diserahkan kepada Pastor Paroki Sonder untuk selanjutnya diberitahukan ke pihak Keuskupan Manado.
“Saya ingat waktu itu adalah pekan kedua masa Paskah dan saya menyerahkan buku itu kepada Pastor Wagey Pr pada 19 Maret 1993. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, datanglah utusan dari Keuskupan Manado yang bermaksud mencari informasi tentang Buku Daniel Mandagi dalam rangka persiapan Yubelium 125 tahun kembalinya Gereja Katolik,” jelasnya.
Sejak saat itu, buku yang isinya tulisan tangan Daniel Mandagi diserahkan ke pihak Keuskupan Manado yang digemabalakan oleh Mgr. Yoseph Suwatan MSC.
Pada bagian akhir penuturannya, Jopi Kojo mengungkapkan rasa bangganya menjadi bagian dari perjalanan sejarah perkembangan umat Katolik Keuskupan Manado.
“Saya berharap bagi generasi penerus gereja untuk tetap menjaga nilai-nilai sejarah perkembangan umat dari masa ke masa. Sejarah akan membuat kita merasa bangga berada dalam keluarga besar Gereja Katolik yang universal. Mulailah dengan menulis aneka peristiwa yang berhubungan dengan gereja dan pelayanan keumatan dari lingkungan tetkecil,” harapnya.
Terkait hal ini, Minggu (17/2/2019), salah satu tokoh umat Paroki St. Petrus Langowan Jotje Tulangow, mengatakan bahwa sangat penting untuk mendokumentasikan aneka peristiwa yang berhubungan langsung dengan gereja.
“Memang pada awalnya, apa yang baru terjadi hari ini hanya dianggap peristiwa biasa-biasa saja. Akan tetapi di masa yang akan datang, peristiwa itu akan dicari untuk dicatat dalam sejarah. Jika hal itu tidak pernah didokumentasikan sebelumnya, sejarah apa yang akan dicatat di masa mendatang?,” tuturnya.
(Frangki Wullur)