Manado, BeritaManado.com — Banyak yang apatis terhadap politik di Indonesia.
Kepercayaan publik juga berkurang kepada lembaga politik karena pudarnya nasionalisme dan profesionalisme di tubuh birokrasi Indonesia.
Banyak yang beranggapan dunia politik itu kotor, ganas, dan jauh dari kata baik.
Nilai-nilai kebaikan yang dihasilkan dari politik kian memudar sehingga membuat kepercayaan masyarakat menurun.
Pendapat tersebut dikemukakan Staf Khusus Gubernur Sulut, Jan Polii, Jumat (5/5/2023).
Kondisi ini, kata Jan Polii, membuat perpolitikan Indonesia membutuhkan sosok yang dapat membuka gerbang kesempatan untuk golongan kritis dalam berkarya, bersuara, dan berperan dalam perubahan Indonesia ke arah lebih baik.
Jan mengajak masyarakat ikut berperan dalam perpolitikan di Indonesia.
Menurutnya, peran kritis dalam partisipasi politik secara yuridis, sudah terpenuhi dalam lembaga hukum.
Namun, kata dia, hal ini belum cukup, karena masih ada kemungkinkan keterlibatannya hanya difungsikan oleh sebagian elite partai sebagai kendaraan politik.
“Pandangan-pandangan politik yang diarahkan kepada hal konvensional sehingga tidak akan maju. Oleh karena itu, perlu sebuah perubahan paradigma berpikir terhadap partisipan politik, yang tidak hanya cukup dengan gagasan akan regenerasi secara semu,” jelasnya.
Jan menegaskan, Indonesia membutuhkan figur berpengalaman untuk calon presiden.
Sosok itu, tambah Jan, adalah Ganjar Pranowo yang dikenal cerdas, kreatif, merakyat, sederhana, jujur, visioner, nasionalis dan religius, serta terbukti mempunyai visi-misi yang membawa perubahan ke arah lebih baik.
“Alasan kita memilih Ganjar karena memiliki visi misi yang sama dengan Pak Jokowi untuk keberlangsungan pembangunan menuju Indonesia emas pada 2050,” tandas Jan, yang juga merupalan tokoh Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) yang menjabat sebagai Ketua Bidang Pembangunan Pucuk Pimpinan KGPM.
(Alfrits Semen)