Minsel, BeritaManado.com – Kemenparekraf bekerja sama dengan Wale Batik Minahasa menggelar kegiatan Sertifikasi Kompetensi Profesi Ekonomi Kreatif (Batik) oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik, di Wale Batik Minahasa Desa Lopana Satu, Minahasa Selatan, pada Kamis (25/7/2024).
Direktur Standarisasi Kompetensi Deputi Sumberdaya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yang diwakili oleh Ketua Tim Sertifikasi Ekonomi Kreatif Kemenparekraf, Sulistiyani Supriyadi membuka secara resmi kegiatan tersebut.
Ia mengatakan, batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO.
Apalagi batik ini merupakan salah satu dari tujuh belas sektor ekonomi kreatif di Indonesia dan tiga produk unggulannya adalah kriya, kuliner dan fesyen.
Menurutnya, kriya batik ini sudah memberi kontribusi pendapatan pada APBN negara ini.
“Acara hari ini kalau teman-teman nanti kompeten akan mendapatkan sertifikat dari BNSP,” kata Sulistiyani Supriyadi.
“Itu Pengakuan dari negara untuk kompetensi yang teman-teman miliki bukan saja berlaku untuk nasional tapi ini berlaku untuk luar negeri di seluruh dunia,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, misi di bidang sumber daya dan kelembagaannya adalah produk unggulan dengan sertifikasi kompetensi.
“Target kami tahun ini ada 1500 sertifikat kompetensi pelaku ekraf tapi untuk batik hanya 200 orang seluruh Indonesia,” ujar dia.
Jadi, kata dia, teman-teman masuk dalam 200 orang di Indonesia.
“Jadi nama dan identitas para peserta yang kompeten sudah masuk di Kementerian,” ungkapnya.
Ia lanjut berharap bahwa ini bukan akhir, tapi ini adalah awal untuk menggali semua potensi di sulut melalui kompetensi ini.
Karena menurutnya, setiap daerah punya icon dan keunikan masing-masing.
“Bedakan dengan batik Jawa bedakan dengan batik Sumatera, nah ini Sulawesi Utara,” kata dia.
“Kami berharap ini bisa bermanfaat bukan untuk diri pribadi tapi membawa satu daerah bahwa daerah ini akan dikenal ternyata Sulawesi Utara ada batiknya,” ujar Sulistiyani Supriyadi sembari mengapresiasi upaya Wale Batik Minahasa yang memfasilitasi kegiatan tersebut.
Di tempat yang sama, Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik Dr. Ir. Rodia Swamwil MPd, mengatakan kegiatan ini merupakan program sertifikasi profesi kepada pembatik-pembatik yang ada di Wale Batik Minahasa, Sulawesi Utara.
“LSP Batik tugasnya mensertifikasi, bahwa kita memberikan pengakuan terhadap kompetensinya tentunya kita akan melihat apakah mereka telah memenuhi standar kompetensi di Indonesia,” ujar Rodia Swamwil.
Ia juga menjelaskan bahwa batik bukan hanya milik satu daerah saja.
Menurutnya, anggapan bahwa batik hanya ada di Jawa adalah keliru.
“Tetapi batik merupakan warisan budaya Indonesia secara umum yang telah ditetapkan oleh Unesco,” ungkap Rodia.
Ia kemudian menilai, satu keunikan di Sulawesi Utara karena daerah ini pariwisata berkembangan cukup pesat.
Tercatat banyak wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke Sulawesi Utara.
Karena itu potensi batik ini akan menjadi sangat kuat untuk menarik untuk dunia pariwisata.
“Setiap daerah itu mempunyai karakter lokal masing-masing. Wisatawan lokal pun, kalau dia akan berkunjung ke sini, kalau mencari batik pasti dia cari batik Minahasa, tidak mungkin dia mencari batik Sumatera. Kira-kira seperti itu,” terangnya.
Ia berharap mereka yang kompeten hari ini terus mempertahankan kompetensinya, karena sustainabilitas batik ini tergantung sekali pada kemampuan SDM itu.
“Kalau enggak ada SDM kompeten, kita ngomong tentang pelestarian berarti untuk apa. Jadi ini mereka adalah penjaga penjaga warisan budaya. Jadi harapannya tentu mereka akan meneruskan dan setia dengan profesinya, ya walaupun ada profesi sampingan tapi batik ini tetap menjadi satu salah satu yang mereka perhatikan,” pungkas Ketua LSP Batik itu.
Pihak Wale Batik Minahasa sendiri, melalui Manager pemasaran, Jenais Kawengian, bersyukur karena pihaknya ditunjuk untuk menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) penyelenggaraan even ini.
Karena itu, Wale Batik Minahasa akan menjadikan momentum ini untuk lebih giat lagi melatih para pembatik dan menciptakan motif-motif baru untuk menamnah khasana perbatikan secara nasional.
Turut hadir dalam kegiatan itu, Perwakilan Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara, Perwakilan Dekranasda Sulawesi Utara, Perwakilan Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, serta 50 Peserta Ujian Sertifikasi Kopetensi Batik.
(***/TamuraWatung)