Tomohon, BeritaManado.com — Hari masih pagi di pasar Beriman Wilken Tomohon.
Kesejukan udara khas pegunungan terasa sekali.
Nampak ada pembeli yang menutupi dirinya dengan jaket karena merasa dingin.
Para pedagang sementara sibuk mengatur jualannya masing-masing.
Ada yang baru saja menurunkan sayuran dari kendaraan ladbak terbuka.
Tak terkecuali dengan Benny, warga Matani Tomohon, ia sedang mengikat beberapa ekor ayam yang akan dijualnya hari ini.
Lapak jualannya terdengar ramai dengan suara ayam.
“Kalau yang ayam ini harganya Rp. 175 ribu per dua ekor,” ujar Benny sambil menunjukkan ayam yang dimaksudkan.”
Benny hanya menjual ayam kampung saja, dimana profesi itu sudah lama ditekuninya.
Ada ayam yang sengaja saya pelihara sendiri untuk dijual, tapi jumlahnya tidak banyak.
Untuk memelihara ayam kampung perlu tempat yang luas sehingga bisa dibuatkan kandang pemeliharaan dan harus jauh dari pemukiman penduduk.
Bau kotoran ayam juga dapat menganggu warga sekitarnya apalagi jika ayam yang dipelihara dalam jumlah yang banyak.
“Jadi saya hanya melakukan jual beli ayam saja,” ungkap Benny sambil tersenyum.
Benny punya langganan yang memelihara ayam kampung di kebun atau di kampung mereka, sehingga saat ada pembeli yang memesan ayam dirinya tinggal menghubungi pemasok tersebut.
Iapun menceritakan bagaimana pengalaman tatkala seorang pembeli asal Malaysia yang memesan ayam hutan.
Ia seorang juru masak yang sudah terkenal dan hendak membuat masakan khusus untuk dihidangkan kepada para tamunya.
Masakan yang disiapkan berbahan baku ayam hutan dan pesanan tersebut tidak mudah didapatkan.
“Sayapun meminta waktu untuk dapat mengumpulkan 10 ekor ayam hutan sesuai pemesanan si pembeli. Pokoknya, saya harus masuk keluar kampung dan kebun untuk mencari pesanan pembeli tersebut,” tutur Benny.
Hingga batas waktu yang disepakti, ternyata Benny hanya bisa mengumpulkan 7 ekor ayam hutan saja.
Sang pembeli nampak puas dengan ayam hutan yang berhasil didapatkan Benny dan transaksi jual beli pun terjadi.
Banyak orang yang menyukai masakan daging ayam asalkan berbahan baku ayam kampung.
Karena ayam kampung diberi makan alami, seperti jagung ataupun biji-bijian.
Ayam kampung saat dipelihara tidak diberikan makanan tambahan berupa konsentrat buatan pabrik. Itulah sebabnya banyak orang yang mencari ayam kampung untuk diolah menjadi masakan.
Soal harga memang ayam kampung dinilai lebih mahal jika dibandingkan dengan ayam potong yang ditawarkan di pasar.
Tapi karena pemeliharaan dan makanannya yang masih alamiah sehingga banyak diminati pembeli walaupun harganya terasa lebih mahal dibandingkan dengan ayam daging.
“Pokoknya saya merasa cukup dengan penghasilan sebagai penjual ayam kampung” kata Berty diujung pembicaraan.
(Christy Manarisip)