Magdalena Wullur
Manado — Kebiasaan warga Kawanua yang berlomba-lomba jadi PNS ternyata berdampak negatif. Daya saing orang Sulut pun menjadi lemah.
“Jelas ini (jadi PNS, red) ada pengaruhnya ke daya saing kita, bisa jadi lemah,” cetus analis ekonomi Dr Magdalena Wullur pada BeritaManado.com di Gedung Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut, Rabu (17/12/2014)
“Peningkatan perekonomian memang nampak ada kenaikan, tapi daya saing tidak, juga kebiasaan ini tidak akan membuka lapangan kerja baru,” jelas perempuan cerdas berlatar akademisi ini.
Daya saing orang Sulut memang menjadi bahasan menarik dalam kegiatan akhir tahun bertajuk Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, yang dinisiasi BI Perwakilan Sulut di kantornya Jalan 17 Agustus.
Pihak BI bahkan mengajak Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (Fekon) Universitas Indonesia (UI) khusus untuk mengkaji nilai daya saing penduduk di Bumi Nyiur Melambai ini.
Dr Sonny Harmadi selaku pimpinan Lembaga Demografi menyebut, dalam kajian mereka tingkat daya saing di Sulut berada di indeks 0,69. “Cukup baik tapi jauh dari sangat baik,” paparnya dalam forum resmi tersebut.
Sonny mengatakan, indeks daya saing di Sulut secara positif paling dipengaruhi oleh letak geografis. Namun perbaikan pada etos kerja orang Sulut patut dilakukan.
Perlu ada revolusi karakter – Dr Sonny Harmadi
“Perlu ada revolusi karakter, karena kemampuan berinovasi atau berkreasi masih rendah,” kata dia.
Untuk diketahui, indeks daya saing regional yang dipetakan Lembaga Demografi Fekon UI, pada angka 0,51 disebut cukup baik, angka 0,73 baik dan 1,00 sangat baik. Sementara di angka 0,08 disebut lemah. (Ady Putong)
Magdalena Wullur
Manado — Kebiasaan warga Kawanua yang berlomba-lomba jadi PNS ternyata berdampak negatif. Daya saing orang Sulut pun menjadi lemah.
“Jelas ini (jadi PNS, red) ada pengaruhnya ke daya saing kita, bisa jadi lemah,” cetus analis ekonomi Dr Magdalena Wullur pada BeritaManado.com di Gedung Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut, Rabu (17/12/2014)
“Peningkatan perekonomian memang nampak ada kenaikan, tapi daya saing tidak, juga kebiasaan ini tidak akan membuka lapangan kerja baru,” jelas perempuan cerdas berlatar akademisi ini.
Daya saing orang Sulut memang menjadi bahasan menarik dalam kegiatan akhir tahun bertajuk Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, yang dinisiasi BI Perwakilan Sulut di kantornya Jalan 17 Agustus.
Pihak BI bahkan mengajak Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (Fekon) Universitas Indonesia (UI) khusus untuk mengkaji nilai daya saing penduduk di Bumi Nyiur Melambai ini.
Dr Sonny Harmadi selaku pimpinan Lembaga Demografi menyebut, dalam kajian mereka tingkat daya saing di Sulut berada di indeks 0,69. “Cukup baik tapi jauh dari sangat baik,” paparnya dalam forum resmi tersebut.
Sonny mengatakan, indeks daya saing di Sulut secara positif paling dipengaruhi oleh letak geografis. Namun perbaikan pada etos kerja orang Sulut patut dilakukan.
Perlu ada revolusi karakter – Dr Sonny Harmadi
“Perlu ada revolusi karakter, karena kemampuan berinovasi atau berkreasi masih rendah,” kata dia.
Untuk diketahui, indeks daya saing regional yang dipetakan Lembaga Demografi Fekon UI, pada angka 0,51 disebut cukup baik, angka 0,73 baik dan 1,00 sangat baik. Sementara di angka 0,08 disebut lemah. (Ady Putong)