Bitung—Alokasi anggaran pendidikan dalam APBD Kota Bitung setiap tahunnya melebihi angka yang ditetapkan Undang-undang sebesar 20%. Tapi Pemkot mampu memplot 30% hingga 40% anggaran pendidikan setiap tahunnya dalam APBD yang tentu secara kasat mata memberikan kesan kemajuan pendidikan.
Tapi ketika menyaksikan kondisi SMP Kristen Bukit Kasih di kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian maka akan timbul tanda tanya besar. Pasalnya sekolah yang mimiliki 98 orang siswa itu hanya memiliki satu raungan kelas yang layak untuk disebut sebuah raungan kelas.
Sedangkan dua ruangan lainnya tidak memiliki jendela dan dinding belum diplester serta atap menggunakan seng bekas. Belum lagi jumlah meja dan kursi yang terbatas, sehingga siswa harus duduk berdesakan saat belajar. Bahkan ada yang harus berdiri karena meja dan kursi tidak mencukupi.
Tak hanya itu, ruangan guru yang juga merangkap sebagai ruangan kepala sekolah hanya meminjam rumah warga yang kebetulan berdekatan dengan sekolah. Itupun ukurannya hanya 3×4 meter dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, yakni tanpa kaca jendela dan hanya ditutup dengan bambu serta tak menggunakan plafon.
“Kami sudah memasukkan proposal bantuan pembangunan ruangan kelas baru ke Dikpora,” kata Kepala Sekolah SMP Kristen Bukit Kasih, Grace Longdong, Rabu (16/1).
Pihak Longdong sendiri mengaku sementara menunggu jawaban proposal tersebut. “Katanya kami akan mendapatkan Dana Alokasi Khusus pendidikan waktu saya menanyakan langsung ke Kadis Dikpora,” katanya.(enk)
Bitung—Alokasi anggaran pendidikan dalam APBD Kota Bitung setiap tahunnya melebihi angka yang ditetapkan Undang-undang sebesar 20%. Tapi Pemkot mampu memplot 30% hingga 40% anggaran pendidikan setiap tahunnya dalam APBD yang tentu secara kasat mata memberikan kesan kemajuan pendidikan.
Tapi ketika menyaksikan kondisi SMP Kristen Bukit Kasih di kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian maka akan timbul tanda tanya besar. Pasalnya sekolah yang mimiliki 98 orang siswa itu hanya memiliki satu raungan kelas yang layak untuk disebut sebuah raungan kelas.
Sedangkan dua ruangan lainnya tidak memiliki jendela dan dinding belum diplester serta atap menggunakan seng bekas. Belum lagi jumlah meja dan kursi yang terbatas, sehingga siswa harus duduk berdesakan saat belajar. Bahkan ada yang harus berdiri karena meja dan kursi tidak mencukupi.
Tak hanya itu, ruangan guru yang juga merangkap sebagai ruangan kepala sekolah hanya meminjam rumah warga yang kebetulan berdekatan dengan sekolah. Itupun ukurannya hanya 3×4 meter dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, yakni tanpa kaca jendela dan hanya ditutup dengan bambu serta tak menggunakan plafon.
“Kami sudah memasukkan proposal bantuan pembangunan ruangan kelas baru ke Dikpora,” kata Kepala Sekolah SMP Kristen Bukit Kasih, Grace Longdong, Rabu (16/1).
Pihak Longdong sendiri mengaku sementara menunggu jawaban proposal tersebut. “Katanya kami akan mendapatkan Dana Alokasi Khusus pendidikan waktu saya menanyakan langsung ke Kadis Dikpora,” katanya.(enk)