Manado – Halal Bi Halal yang sering dilaksanakan sesudah lebaran, ternyata memiliki sejarah dalam perjuangan yang lahir dari budaya asli Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Imam Besar Mesjid Raya Ahmad Yani KH. Drs. Sofyan Lahilote SH, dalam tausyiahnya pada acara Halal Bi Halal dan pelepasan calon jamaah haji Kota Manado, di aula Pemkot Manado, Senin (22/7/2019).
“Halal Bi Halal memang berasal dari bahasa Arab, tapi jika kita bicara dengan orang Arab dan bilang Halal Bi Halal, mereka akan bingung dan tidak mengerti,” kata Sofyan.
Sofyan menjelaskan jika kita ke Arab, dan berbicara kata Halal Bi Halal dengan bahasa Arab sekalipun, orang Arab tidak akan paham maksud Halal Bi Halal, karena acara Halal Bi Halal itu cuma ada di Indonesia.
“Sejarah Halal Bi Halal pertama kali saat Presiden Soekarno ingin mengumpulkan para elit politik, yang saat itu sudah tidak sejalan,” terang Sofyan.
Menurut Sofyan, 3 tahun sesudah merdeka (1948), saat itu terjadi pemberontakkan PKI di Madiun, pemberontakan DI TII, Soekarno ingin memanggil para pimpinan politik. Namun melihat situasi saat itu tidak memungkinkan meski diundang dengan acara silahturahmi.
Salah satu pendiri NU saat itu KH. Abdul Wahab Hasbullah, disarankan agar Soekarno memanggil para pimpinan politik saat itu dengan undangan ke acara Halal Bi Halal. Alhasil karena membaca tulisan Halal Bi Halal pada undangan maka para elit politik pada saat itu terkumpul.
“Jadi untuk mengumpulkan elit politik saat itu maka diundanglah mereka oleh Soekarno dalam acara Halal Bi Halal. Itu sejarahnya pertama kali di laksanakan di Indonesia,” pungkas Sofyan.
(NovaManoppo)