Tadi malam (16/1/2020) suasana ballroom Four Point Mantos Boulevard sungguh meriah dan diliputi suasana hikmat, keakraban dan kekeluargaan.
Selain dipenuhi tamu-tamu istimewa dari pelbagai lapisan, empunya hajatan Dubes Berkuasa Penuh Filipina, Palau & Kepulauan Marshal, Dr. SH. Sarundajang memasuki usia “emas-silver”(75 Tahun) sebagai anugerah Tuhan Maha Pencipta hari ulang tahunnya.
(Baca juga: Dr Sinyo Harry Sarundajang Rayakan Syukur HUT ke-75)
Sebagai seorang yang sangat religius, hajatan ini diawali ibadah dengan khotbah oleh Gbl Teddy Batasina.
Dengan singkat khotbah sangat berkesan, Gbl Batasina berpesan: apapun jabatan, posisi, kekayaan dan kekuasaan kita, itu bukanlah prestasi pribadi.
“Kekuasaan dan usia itu anugerah Allah.”
Kiranya, sebagai anugrah tentu semua tahu siapa personalitas yang berhajat ulang tahun yang dimaksudkan oleh khotbah itu.
Seperti judul buku: Ecce Homo(Tengoklah Manusia dari Nietzsche) dan “Man Unknown”(Misteri Manusia dari Dokter peraih Nobel, Alexis Carrel, asal Perancis).
Selain sebagai anugrah, kekuasaan dan usia yang panjang itu tentunya akan memberi kesan-pesan dan makna yang dalam bagi diri seseorang, terutama keluarga(istri, anak-anak, menantu dan cucu-cucu), kerabat dan handai tolan — jika dilihat kehadiran mereka malam itu — yang menandai bahwa persona (pribadi) sang empunya hajatan sejatinya figur yang memiliki pesona yang memukau.
Ia bukan pesona istimewa karena ulangtahunnya yang telah mencapai usia uzur (75) dan meriah.
Tapi, ia memiliki apa yang dalam kebudayaan Jawa kuno dikenal dengan “sasmita.”
Sasmita ditunjukkan oleh tak sekadar memberi teladan mumpuni.
Juga, bukan dengan lamanya usia dan jenjang kuasa yang dimilikinya.
Bahkan mungkin pula bukan kekayaan dan anak keturunan yang diwarisinya.
Sasmita itu adalah bahasa kewaskitaan yang pada suatu kesempatan — oleh SHS dikatakan pada saya dalam suatu diskusi, sebagai sesuatu hikmat.
“Tiap orang memiliki otensititas atas hikmat itu.”
Antara kekuasaan dan usia yang tergolong panjang dari rerata usia nadional kita (65), hikmat itu menjadi penanda bagi “persona pesona sasmita” yang memancar sebagai “paradigma quantum & kecerdasan spiritual”(meminjam judul bukunya yang terakhir) yang akan menjadi aura yang mengitari kita selamanya.
Secara ringkas saya menyimak acara malam itu — dari khotbah hingga hiburan dan kudapan — lebih mirip sebuah ritual atas berkilaunya aura spiritualitas penghajat dan hadirin gempita yang diliputi sukacita dan keceriaan.
Betapa tidak, di antara pelbagai generasi lintas usia, para manula hingga milenials(khusus untuk para cucu) tampak mengekspresikan lebih dari sekadar seremoni perayaan.
Dan layaknya, Tuhan itu lebih terasa kehadiran di antara berlangsungnya hajatan dari persona yang penuh pesona dan menularkan sasmita pada kewaskitaan kita tanpa mengenal batas usia dan
keyakinan.
Apalagi, hanya diukur dari kekayaan dan jabatan yang memang fana.
Karena di antara pelbagai pesona yang memancar, seorang ibu paruh baya merasa terusik dengan hadirnya seorang lelaki penuh tato di wajah dan di sekujur tubuhnya dengan kepala plontos.
Dengan aksi bagai seorang skuad cekatan, ia berdiri cekak di belakang punggung SHS yang sangat mengganggu penglihatan ibu itu atas penampilan artis Dirly.
Mungkin ibu itu dan sebagian orang tak kenal lelaki bertato itu.
Ia adalah Papar.
Lelaki yang sering bisa dijumpai di sepanjang mall boulevar dan kedai-kedai kopi.
Siapa sangka, lelaki ini sangat akrab dengan sang Duta Besar dan sering menyapanya dengan sebutan: Papi.
Pada suatu senja yang tampak murung, tiba-tiba Papar bangkit dari kaparannya dengan menyela saya:
“Kalo Papi so datang, Papar somo dapa pici berkat.”
Meski tampak lugu dan lucu, cara Papar itu adalah respon dari sebuah itikad sasmita.
Ya. Tiap persona ada hikmat pesonanya.
“Papi dan Papar, sama rasa sama rata. Papi itu berkat. Papar itu bertato.”
Oleh: Reiner Emyot Ointoe
Baca juga:
- Dr Sinyo Harry Sarundajang Rayakan Syukur HUT ke-75
- Penerbangan Internasional Perdana Manado-Davao oleh Garuda Indonesia
- Di Manila, Begini Perayaan Syukur HUT Pernikahan Kel Sarundajang-Laoh Tambuwun ke-50