Manado – Untuk menghidupi kelurganya, Mas Naryo warga Bogor datang mengadu nasib di Kota Manado sebagai pengrajin sol sepatu keliling.
Kepada BeritaManado, Mas Naryo yang kini berdomisili sementara di kelurahan Kombos tersebut, mengaku memilih Kota Manado karena menurutnya pengrajin sepertinya masih kurang.
“Saya 11 tahun menggeluti profesi ini. Karena di Jawa sudah banyak saingan, saya datang ke Manado untuk melanjutkan profesi saya ini. Di Kota Manado saya tahu masih sedikit yang seperti saya. Makanya saya langsung datang mencari nafkah disini,” tutur Mas Naryo.
Pengakuan lainnya, penghasilan di Kota Manado lebih besar dibadingkan pendapatannya saat berada di Jawa. Karena perharinya dapat memperoleh 150 ribuh rupiah.
“Kalau di Jawa, karena saingan banyak jadi hanya bisa dapat 50 ribu rupiah perharinya. Tidak jarang juga tanpa pendapatan apa-apa. Kalau di Manado dapat mengirimkan lebihnya untuk keluarga di Bogor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” terangnya. (Leriando Kambey)
Manado – Untuk menghidupi kelurganya, Mas Naryo warga Bogor datang mengadu nasib di Kota Manado sebagai pengrajin sol sepatu keliling.
Kepada BeritaManado, Mas Naryo yang kini berdomisili sementara di kelurahan Kombos tersebut, mengaku memilih Kota Manado karena menurutnya pengrajin sepertinya masih kurang.
“Saya 11 tahun menggeluti profesi ini. Karena di Jawa sudah banyak saingan, saya datang ke Manado untuk melanjutkan profesi saya ini. Di Kota Manado saya tahu masih sedikit yang seperti saya. Makanya saya langsung datang mencari nafkah disini,” tutur Mas Naryo.
Pengakuan lainnya, penghasilan di Kota Manado lebih besar dibadingkan pendapatannya saat berada di Jawa. Karena perharinya dapat memperoleh 150 ribuh rupiah.
“Kalau di Jawa, karena saingan banyak jadi hanya bisa dapat 50 ribu rupiah perharinya. Tidak jarang juga tanpa pendapatan apa-apa. Kalau di Manado dapat mengirimkan lebihnya untuk keluarga di Bogor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” terangnya. (Leriando Kambey)