Tondano – Perayaan Hari Kasih Sayang atau yang lebih popular dengan sebutan Valentine Day dari tahun ke tahun semakin mengikis hal-hal penting yang seharusnya dikenang dari sekedar bagi-bagi coklat. Kisah hidup St Valentinus dan Peristiwa Merah Putih di bumi Nyiur Melambai 14 Februari 1946 kini seakan kalah pamor.
St Valentinus sendiri bagi Gereja Katolik merupakan seorang yang ditetapkan sebagai martir oleh Takhta Suci Vatikan pada tanggal 14 Februari 269. Yang dikenang dari jasa St Valentinus yaitu jasanya yang didasari oleh belas kasihan terhadap pasangan-pasangan (laki-laki dan perempuan) yang dipaksa untu berpisah oleh kekaisaran waktu itu.
St Valentinus secara diam-diam menikahkan banyak pasangan di Kota Roma dengan cara yang sah menurut ajaran gereja. Namun pada akhirnya, hal itu diketahui oleh penguasa ketika itu. St Valentinus pun ditangkap dan dihukum mati, setelah sebelumnya dipenjara, dipukul dan dilempari batu hingga mati.
Lebih dekat dengan kehidupan kita sebagai masyarakat Minahasa, ada suatu peristiwa heroik yang terkait dengan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Itu adalah Peristiwa Merah Putih yang terjadi pada 14 februari 1946 silam. Ketika itu, para pejuang Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) menyerbu markas tentara NICA yang saat ini ada di Teling Kota Manado.
Para pejuang menurunkan bendera merah putih biru milik Belanda dan merobek kain berwarna biru. Akhirnya tinggal tersisa dua warna yaitu merah putih. Bendera itu dikibarkan, sebagai tanda keberhasilan para pemuda termasuk yang dari Minahasa mengusir NICA dari Sulawesi Utara.
Lantas bagaimana dengan tradisi bagi-bagi coklat saat Valentine Day yang dirayakan setiap tanggal 14 februari? Jawabannya tidak ada yang salah dengan hal itu, karena merupakan bentuk perhatian seseorang kepada pasangannya atau sahabat. Namun yang perlu kita refleksikan bahwa momen Valentine Day ini sering disalahgunakan.
Jasinta sarundajang-Paat, salah satu tokoh perempuan Minahasa kepada BeritaManado.com, Selasa (14/2/2017) mengatakan bahwa ketiganya bisa dikenang dan dimaknai dnegan berbagai cara. Bagi-bagi coklat adalah tradisi modern dan terus berkembang hingga saat ini.
“Apapun cara yang berangkat dari niat yang tulus, lakukanlah ungkapan kasih saying kita kepada orang-orang yang dicintai dengan cara yang baik dan benar. Jangan menyimpang dari hokum Negara atau agama. Yang harus diingat, bahwa setiap peristiwa masa lalu, selalu ada makna yang harus dijadikan inspirasi,” ungkapnya.
Isteri tercinta Wakil Bupati Minahasa Ivan Sarundajang ini juga tak lupa mengucapkan selamat merayakan Vaentine Day kepada seluruh masyarakat Minahasa. Mudah-mudahan momen ini dapat menumbuhkan cinta kasih kepada sesama dalam mewujudkan impian yang sudah lama dirindukan. (frangkiwullur)
Tondano – Perayaan Hari Kasih Sayang atau yang lebih popular dengan sebutan Valentine Day dari tahun ke tahun semakin mengikis hal-hal penting yang seharusnya dikenang dari sekedar bagi-bagi coklat. Kisah hidup St Valentinus dan Peristiwa Merah Putih di bumi Nyiur Melambai 14 Februari 1946 kini seakan kalah pamor.
St Valentinus sendiri bagi Gereja Katolik merupakan seorang yang ditetapkan sebagai martir oleh Takhta Suci Vatikan pada tanggal 14 Februari 269. Yang dikenang dari jasa St Valentinus yaitu jasanya yang didasari oleh belas kasihan terhadap pasangan-pasangan (laki-laki dan perempuan) yang dipaksa untu berpisah oleh kekaisaran waktu itu.
St Valentinus secara diam-diam menikahkan banyak pasangan di Kota Roma dengan cara yang sah menurut ajaran gereja. Namun pada akhirnya, hal itu diketahui oleh penguasa ketika itu. St Valentinus pun ditangkap dan dihukum mati, setelah sebelumnya dipenjara, dipukul dan dilempari batu hingga mati.
Lebih dekat dengan kehidupan kita sebagai masyarakat Minahasa, ada suatu peristiwa heroik yang terkait dengan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Itu adalah Peristiwa Merah Putih yang terjadi pada 14 februari 1946 silam. Ketika itu, para pejuang Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) menyerbu markas tentara NICA yang saat ini ada di Teling Kota Manado.
Para pejuang menurunkan bendera merah putih biru milik Belanda dan merobek kain berwarna biru. Akhirnya tinggal tersisa dua warna yaitu merah putih. Bendera itu dikibarkan, sebagai tanda keberhasilan para pemuda termasuk yang dari Minahasa mengusir NICA dari Sulawesi Utara.
Lantas bagaimana dengan tradisi bagi-bagi coklat saat Valentine Day yang dirayakan setiap tanggal 14 februari? Jawabannya tidak ada yang salah dengan hal itu, karena merupakan bentuk perhatian seseorang kepada pasangannya atau sahabat. Namun yang perlu kita refleksikan bahwa momen Valentine Day ini sering disalahgunakan.
Jasinta sarundajang-Paat, salah satu tokoh perempuan Minahasa kepada BeritaManado.com, Selasa (14/2/2017) mengatakan bahwa ketiganya bisa dikenang dan dimaknai dnegan berbagai cara. Bagi-bagi coklat adalah tradisi modern dan terus berkembang hingga saat ini.
“Apapun cara yang berangkat dari niat yang tulus, lakukanlah ungkapan kasih saying kita kepada orang-orang yang dicintai dengan cara yang baik dan benar. Jangan menyimpang dari hokum Negara atau agama. Yang harus diingat, bahwa setiap peristiwa masa lalu, selalu ada makna yang harus dijadikan inspirasi,” ungkapnya.
Isteri tercinta Wakil Bupati Minahasa Ivan Sarundajang ini juga tak lupa mengucapkan selamat merayakan Vaentine Day kepada seluruh masyarakat Minahasa. Mudah-mudahan momen ini dapat menumbuhkan cinta kasih kepada sesama dalam mewujudkan impian yang sudah lama dirindukan. (frangkiwullur)