Pariwisata – Atase Militer Kedutaan Belanda di Indonesia, Mr. Pieter Heijboer dan isteri tercinta Mrs. Anja van Rijs dalam kunjungan pribadi untuk berlibur ke Sulawesi Utara selama kurang lebih 8 hari sangat terkesan dengan situasi yang masih sangat asri di Minahasa dan sekitarnya. Pemandangan alam sangat indah, masyarakatnya sangat ramah. “Hospitality orang Minahasa sangat baik, masih banyak lokasi-lokasi yang masih asli, semoga ini bisa di pertahankan,” kata bapak Pieter.
“Kami sudah banyak membaca tentang Sulawesi Utara teristimewa Minahasa sebelum kami memutuskan untuk datang berlibur di Sulawesi Utara, tetapi setelah kami datang dan melihat langsung ternyata situasi di Minahasa lebih ‘Hebat’ dari pada yang kami baca dalam beberapa referensi. Kami akan mempromosikan tempat ini ke teman-teman kami yang lain,” tutur ibu Anja.
Lanjutnya, sekiranya semua potensi wisata yang ada di Minahasa ini di kelolah dengan maksimal, pariwisata akan menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Manado, Minahasa, Tomohon dan Minahasa Utara. Pasangan yang sehari-hari sibuk bekerja di Kedutaan Besar Belanda di Jakarta ini, setelah melihat Danau Tondano, Kota Tondano, Waruga Sawangan dan Kampung
Woloan, pasangan ini sangat terkagum-kagum dengan seluruh objek yang dikunjungi bersama Jusuf Kalengkongan sebagai pemerhati pariwisata dan lingkungan sekaligus bertindak sebagai Special Guide bagi pasangan turis yang special ini.
Waruga: Nilai Sejarah dan Alamnya sangat Menunjang dalam kunjungan ke Waruga Sawangan, Atase Militer Kedutaan Belanda di Indonesia, Mr. Pieter Hoeijboer dan istri tercinta Mrs. Anja van Rijs sangat mengapresiasi situs sejarah ini yang masih terpelihara dengan baik. Waruga model tahun 800 sampai model tahun 1800 dimana terakhir kali masyarakat Minahasa menggunakan Waruga karena adanya wabah kolera, sehingga pemerintahan Belanda saat itu memberikan alternatif penguburan secara moderen yang digunakan sampai saat ini.
Pasangan ini melihat Waruga secara detail dan menurut mereka nilai-nilai sejarah sangat tinggi di situs sejarah dan pariwisata yang satu ini, seperti yang di kutip dari pembicaraan dengan Jusuf Kalengkongan yang menjadi pemandu special untuk pasangan yang special ini. Alamnya juga sangat menunjang, lokasinya sangat indah dan penuh dengan nuansa alam juga bunyi-bunyi dari burung-burung dan jangkrik menambah situasi disini lebih terasa, kata Pieter. (*/edit jry)
Pariwisata – Atase Militer Kedutaan Belanda di Indonesia, Mr. Pieter Heijboer dan isteri tercinta Mrs. Anja van Rijs dalam kunjungan pribadi untuk berlibur ke Sulawesi Utara selama kurang lebih 8 hari sangat terkesan dengan situasi yang masih sangat asri di Minahasa dan sekitarnya. Pemandangan alam sangat indah, masyarakatnya sangat ramah. “Hospitality orang Minahasa sangat baik, masih banyak lokasi-lokasi yang masih asli, semoga ini bisa di pertahankan,” kata bapak Pieter.
“Kami sudah banyak membaca tentang Sulawesi Utara teristimewa Minahasa sebelum kami memutuskan untuk datang berlibur di Sulawesi Utara, tetapi setelah kami datang dan melihat langsung ternyata situasi di Minahasa lebih ‘Hebat’ dari pada yang kami baca dalam beberapa referensi. Kami akan mempromosikan tempat ini ke teman-teman kami yang lain,” tutur ibu Anja.
Lanjutnya, sekiranya semua potensi wisata yang ada di Minahasa ini di kelolah dengan maksimal, pariwisata akan menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Manado, Minahasa, Tomohon dan Minahasa Utara. Pasangan yang sehari-hari sibuk bekerja di Kedutaan Besar Belanda di Jakarta ini, setelah melihat Danau Tondano, Kota Tondano, Waruga Sawangan dan Kampung
Woloan, pasangan ini sangat terkagum-kagum dengan seluruh objek yang dikunjungi bersama Jusuf Kalengkongan sebagai pemerhati pariwisata dan lingkungan sekaligus bertindak sebagai Special Guide bagi pasangan turis yang special ini.
Waruga: Nilai Sejarah dan Alamnya sangat Menunjang dalam kunjungan ke Waruga Sawangan, Atase Militer Kedutaan Belanda di Indonesia, Mr. Pieter Hoeijboer dan istri tercinta Mrs. Anja van Rijs sangat mengapresiasi situs sejarah ini yang masih terpelihara dengan baik. Waruga model tahun 800 sampai model tahun 1800 dimana terakhir kali masyarakat Minahasa menggunakan Waruga karena adanya wabah kolera, sehingga pemerintahan Belanda saat itu memberikan alternatif penguburan secara moderen yang digunakan sampai saat ini.
Pasangan ini melihat Waruga secara detail dan menurut mereka nilai-nilai sejarah sangat tinggi di situs sejarah dan pariwisata yang satu ini, seperti yang di kutip dari pembicaraan dengan Jusuf Kalengkongan yang menjadi pemandu special untuk pasangan yang special ini. Alamnya juga sangat menunjang, lokasinya sangat indah dan penuh dengan nuansa alam juga bunyi-bunyi dari burung-burung dan jangkrik menambah situasi disini lebih terasa, kata Pieter. (*/edit jry)