Manado, BeritaManado.com — Salah satu bagian yang paling diingat dari film Kukejar Mimpi adalah akting seorang Didi Roa sebagai perias jenazah.
Hampir semua penonton yang diwawancarai usai menyaksikan langsung film Kukejar Mimpi di XXI Mantos 1 mengatakan, bagian paling lucu menurut mereka adalah saat Didi Roa merias wajah para anggota tim cheerleader.
Namun menariknya, ada juga penonton usia muda yang sempat percaya jika Didi Roa benar berprofesi sebagai perias jenazah.
Hal itu membuat Didi bersyukur karena aktingnya di film nasional perdana ini mendapat respon yang positif dari penonton yang berasal dari berbagai kalangan.
“Memang banyak sekali cerita ini perias jenazah. Kalau nonton behind the scene-nya itu lebih lucu lagi karena bagaimana ini perias jenazah terus harus make up orang masih hidup kan. Ada yang doa dulu, sampai adlibs balombo keluar dan sebagainya. Tapi yang namanya adegandi film kan harus kita lakukan dengan profesional, jadi biar ada degdegannya harus dilakukan dengan maksimal. Semua jadi cerita lucu yang pasti akan selalu dikenang,” kata Didi.
Kepada BeritaManado.com, Didi Roa yang bernama asli Frederik Lumelente mengungkapkan suka duka selama menjalani proses syuting Kukejar Mimpi.
Profesionalitas adalah hal yang dijunjung tinggi dan bagi Didi Roa, dirinya harus mampu menunjukkan itu karena tidak hanya membawa nama pribadi, tapi juga Kota Manado dan Sulawesi Utara.
“Di sana sudah tingkat nasional jadi semua serba profesional. Tidak boleh seenaknya, harus rajin bangun pagi, tidak boleh manja. Kita tahu kan macetnya Jakarta, jadi kita juga harus kejar-kejaran waktu tidak boleh terlambat, harus on time,” ujar Didi.
Dalam film ini, Didi juga berhasil mempopulerkan kata “Balombo” yang dalam konteks adegan, biasa diucapkan saat sedang merias atau mengatur pakaian jenazah.
Meski memang kata balombo juga sering digunakan dalam hal lain, tidak hanya saat merias jenazah.
Mengingat ini adalah pengalaman yang terbilang masih baru, namun Didi Roa bersyukur karena baik para pemain yang lebih senior dan semua kru film sangat baik dan merangkul sehingga prosesnya berjalan lancar.
Didi Roa pun mengatakan, film ini membawa cerita tersendiri karena punya makna yang besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Film ini bercerita tentang kehidupan masyarakat Kampung Bhinneka yang beragam, baik agama, ras, suku dan lainnya namun tetap hidup bersama dalam persatuan.
“Yang penting karena film ini menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika. Benar benar gambaran berbeda-beda tapi satu karena di situ berbagai macam ras, etnis, agama tapi berbaur di film ini. Betawi, Jawa, Minahasa, Tionghoa, NTT, keturunan Arab, Ambon ada semuanya dan masing-masing menggunakan dialek daerah,” ungkap Didi.
Didi pun berharap, baik orang tua, tenaga pendidik, pengajar dan terutama para siswa dan anak muda menonton film ini dan pesan pentingnya tersampaikan dengan jelas.
“Sekolah, siswa, semuanya cocok sekali nonton ini. Kenapa, karena anak-anak tentu lebih baik sejak dini ditanamkan cintailah perbedaan. Walaupun torang beda beda tapi satu dan torang ini yang harusnya menjaga Republik Indonesia,” pungkas Didi.
(srisurya)