Bitung – Suasana sosialisasi yang digelar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut di salah satu ruangan kompleks Manggala Agni di Taman Wisata Alam (TWA) Tangkoko Kelurahan Batuputih Atas Kecamatan Ranowulu berjalan alot dan panas, Kamis (29/8). Pasalnya, ratusan warga yang menghadiri sosialisasi terkait rencana pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata dan patroli di TWA Tangkoko menilai sosialisasi nanti dilakukan BKSDA setelah ada penolakan.
“Nanti warga melakukan pemblokiran aktivitas pembukaan lahan menggunakan alat berat baru BKSDA mengundang kami untuk bicara,” kata salah satu warga, Juber Lambaihang.
Bahkan menurutnya, pihak BKSDA memilih-milih mengundang warga untuk hadir dalam sosialisasi itu. Tapi warga tetap bersikukuh hadir kendati tanpa diundang karena merasa wilayah TWA Tangkoko yang sementara “diobok-obok” BKSDA adalah tanggungjawab mereka untuk ikut menjaga dan melestarikannya.
“Ratusan pohon sudah tumbang baru melakukan sosialisasi, coba kalau kami hanya diam pasti proyek pembangunan jalan terus berjalan yang mengakibatkan hutan rusak dan satwa terusik,” kata warga Butuputih lainnya, Alfons Wodi.
Selama acara sosialisasi itu berlangsung, warga Batuputih tetap bersikukuh menyatakan menolak rencana pembangunan jalan yang rencananya bakal tembus sampai ke Kelurahan Pinangunian Kecamatan Aertembaga itu. Kendati Kepala BKSDA Sulut, Sudiyono bersama Camata Ranowulu, Andre Ratung, Kadis Kehutanan, Pertanian dan Ketahanan Pangan, Luise Macalawang serta Kapolsek Bitung Utara ikut memberikan pemahaman kepada warga soal rencana pembangunan jalan dari Kementerian Kehutanan.
Warga tetap menyatakan penolakan dan berencana akan membuat surat penyataan penolakan atas rencana tersebut. “Kami akan buat surat secara resmi kepada Kementerian Kehutanan dan kami mohon Kepala BKSDA mengirimkannya,” kata warga.
Proses sosialisasi ini sendiri dikawal puluhan personil Polsek Bitung Utara menggunakan senjata laras panjang. Namun warga tetap tidak gentar untuk memprotes dan menyatakan penolakan atas rencana pembangunan jalan wisata dan patroli tersebut.(enk)
Bitung – Suasana sosialisasi yang digelar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut di salah satu ruangan kompleks Manggala Agni di Taman Wisata Alam (TWA) Tangkoko Kelurahan Batuputih Atas Kecamatan Ranowulu berjalan alot dan panas, Kamis (29/8). Pasalnya, ratusan warga yang menghadiri sosialisasi terkait rencana pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata dan patroli di TWA Tangkoko menilai sosialisasi nanti dilakukan BKSDA setelah ada penolakan.
“Nanti warga melakukan pemblokiran aktivitas pembukaan lahan menggunakan alat berat baru BKSDA mengundang kami untuk bicara,” kata salah satu warga, Juber Lambaihang.
Bahkan menurutnya, pihak BKSDA memilih-milih mengundang warga untuk hadir dalam sosialisasi itu. Tapi warga tetap bersikukuh hadir kendati tanpa diundang karena merasa wilayah TWA Tangkoko yang sementara “diobok-obok” BKSDA adalah tanggungjawab mereka untuk ikut menjaga dan melestarikannya.
“Ratusan pohon sudah tumbang baru melakukan sosialisasi, coba kalau kami hanya diam pasti proyek pembangunan jalan terus berjalan yang mengakibatkan hutan rusak dan satwa terusik,” kata warga Butuputih lainnya, Alfons Wodi.
Selama acara sosialisasi itu berlangsung, warga Batuputih tetap bersikukuh menyatakan menolak rencana pembangunan jalan yang rencananya bakal tembus sampai ke Kelurahan Pinangunian Kecamatan Aertembaga itu. Kendati Kepala BKSDA Sulut, Sudiyono bersama Camata Ranowulu, Andre Ratung, Kadis Kehutanan, Pertanian dan Ketahanan Pangan, Luise Macalawang serta Kapolsek Bitung Utara ikut memberikan pemahaman kepada warga soal rencana pembangunan jalan dari Kementerian Kehutanan.
Warga tetap menyatakan penolakan dan berencana akan membuat surat penyataan penolakan atas rencana tersebut. “Kami akan buat surat secara resmi kepada Kementerian Kehutanan dan kami mohon Kepala BKSDA mengirimkannya,” kata warga.
Proses sosialisasi ini sendiri dikawal puluhan personil Polsek Bitung Utara menggunakan senjata laras panjang. Namun warga tetap tidak gentar untuk memprotes dan menyatakan penolakan atas rencana pembangunan jalan wisata dan patroli tersebut.(enk)