
Sigi, BeritaManado.com — Perjalanan Relawan Pemkab Minahasa yang membawa berbagai jenis bantuan bagi korban bencana dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala tidak mulus, karena harus melewati medan terjal, khususnya saat hendak ke Kecamatan Kulawi, Sabtu (13/10/2018) kemarin.
Untuk menuju ke wilayah yang masih menjadi wilayah administratif Kabupaten Sigi itu, kendaraan pengangkut logistik harus melewati pegunungan tinggi dan curam serta sisa-sisa longsor besar.
Bahkan hampir setiap jam jalan yang harus dilewati menuju kesana sering terjadi longsor besar, sehingga bisa mengancam keselamatan para Relawan.
Namun semangat Relawan Pemkab Minahasa begitu besar untuk melanjutkan misi kemanusiaan, sehingga memutuskan untuk mencari alternatif lain agar penyaluran bantuan bisa terlaksana.
“Bantuan ini harus dibawa di Kulawi bagaimanapun caranya. Karena bantuan ini sangat dibutuhkan oleh warga disana sekarang ini,” kata Kordinator Relawan Alexander Mamesah SSTP dengan penuh semangat.
Ditambahkan Mamesah, selain di Kulawi, penyaluran bantuan telah dilakukan dibeberapa gereja dan masyarakat yang ada di Kota Palu, Kabupaten Sigi juga Donggala.
“Kami sudah berkomitmen bahwa misi kemanusiaan ini harus diselesaikan sampai bantuannya habis,” ungkap Mamesah yang juga Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab Minahasa.
Selain bantuan logistik, ada juga bantuan kesehatan dilakukan oleh Pemkab Minahasa di Kota Palu dan Kecamatan Kulawi.
“Selain membuka Posko penyaluran bantuan logistik, ada juga Posko pelayanan kesehatan secara gratis yang ada di Palu dan Kecamatan Kulawi,” terangnya seraya menambahkan, jika misi kemanusian ini sudah selesai baru relawan Pemkab Minahasa akan kembali.
Menurut informasi, ribuan rumah warga yang ada di empat kecamatan kabupaten Sigi mengalami rusak berat akibat Gempa Bumi pada tanggal 28 Seprember 2018 lalu.
Empat kecamatan tersebut yaitu, Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro dan Lindu, yang mengakibatian ribuan warga harus mengungsi di lapangan dan halaman rumah dengan menggunakan tenda-tenda, karena takut akan terjadi gempa susulan.
Bahkan menurut informasi, ada beberapa desa yang ada di empat kecamatan tersebut hingga kini masih terisolasi, karena warga disana belum menerima bantuan dari pemerintah kabupaten dan provinsi Sulteng.
(***/Frangki Wullur)