Kini si rupiah melemah. Rupiah merasa kalah. Rupiah berasa jengah. Tetapi bu rupi’ah yang renta di daerah sana tetap sumringah, masih tampak indah dan tak lelah. Kata orang pintar, penyebab rupiah tak gagah lagi karena defisit neraca transaksi berjalan kian melebar dan cadangan devisa terus tergerus untuk membiayai impor yang membengkak.
Lalu mau bagaimana lagi mengatasi hal demikian ? Rasa-rasa, kalau membaca buku Francis Fukuyama (2004) yang berjudul State Building: Goverenance and World Order in The 21st Century, juga belum tentu temukan jalan keluarnya. Mari tetap semangat yuk. Sekarang, rupiah tak bergairah. Rakyat kecil kuatir, pemerintah ketar-ketir. Indonesia 68 tahun merdeka masih rasakan pahit getirnya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Riwayat kehidupan rupiah dari hari ke hari semakin mengkuatirkan. Padahal ketika di usia tahun 2011, rupiah masih bertengger di Rp 8.722, tentu pengaruh terhadap kondisi isi dompet, masih aman jika mau beli nasi ayam penyet Lamongan Kini jelang band rock legendaris Metalica akan berunjuk gigi di Jakarta, si rupiah sudah berada di pucuk angka Rp 10 ribu-an. Tentu akhirnya pikiran jadi plin-plan, ketika mau jajan makanan nasi ayam Lamongan di pinggiran jalan.
Itulah celotehan masyarakat menengah ke bawah. Tak ketinggalan, masyarakat pengusaha penggiat industrialisasi pun curhat, gara-gara status rupiah sedang susah, pasca merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Mengutip dari Media Indonesia, Senin (21/8/2013), Dadhil Hasan yang bergelut sebagai Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menilai, melemahnya nilai tukar upiah terhadap dolar membuat produk ekspor Indonesia lebih murah di pasar internasional.
Tak heran, melihat gejala ‘panas dalam’ rupiah itu, ekonom di Bank Central Asia, David Sumual, pun ikut berkoar, rupiah di ujung tombak, sistem ekonomi yang kini berlangsung wajib dirombak.
Selama ini, kata David, mengutip dari Koran Tempo, Rabu (21/8/2013), pemerintah lamban dalam mengambil keputusan. Akibatnya, muncul berbagai spekulasi liar di pasar, rupiah berpotensi amblas hingga ke level Rp 12.000.
Kalau Indonesia begini terus, apa kata dunia. Kebijakan nyata yang pro rakyat kadang membuat cenat-cenut, akibat merasa itu semua tak kunjung konkrit dan efektif.
Maunya harus ada perombakan total, memakai cara-cara out of the box, di luar kebiasaan agar ekonomi manjur. Contoh, dalam dunia hukum saja sudah berani beda, belum ada di era sebelumnya, dimana seorang terdakwa korupsi simulator, Djoko Susilo, dituntut jaksa agar nanti dirinya diharamkan jadi pejabat publik, selain hukuman pidana dan denda jika dinyatakan sebagai terpidana.
Rupiah boleh kalah dari mata uang dolar Amerika Serikat, tapi tidak dari mata uang Australia. Mengutip dari sindonews.com, Senin (19/8/2013), Menteri Keuangan RI, Chatib Basri menjamin rupiah masih aman, perkembangannya akan mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.
Percaya dan mengamini saja, kinerja pemerintah akan jauh lebih baik menata Indonesia lebih gemilang, mengingat status di akun twitter presiden kita, @SBYyudhoyono, Senin 19 Agustus 2013, sangat serius dan sungguh berkomitmen. “Indonesia dalam melaksanakan pembangunan tidak sekedar mengejar pertumbuhan, tapi juga memastikan kemiskinan diatasi.” Amin ya robal alamin, benak ku.
Benar-benar tak terduga, mata uang dari negara Obama mengamuk, hantam babak belur rupiah. Sudah, tidak perlu ambil pusing tujuh keliling, mari semua tetap semangat, beredar di muka bumi mencari sesuap nasi, karena pasti kata RA Kartini, “habis gelap terbitlah terang.” Rupiah, ayo sumringah !. (*)
Kini si rupiah melemah. Rupiah merasa kalah. Rupiah berasa jengah. Tetapi bu rupi’ah yang renta di daerah sana tetap sumringah, masih tampak indah dan tak lelah. Kata orang pintar, penyebab rupiah tak gagah lagi karena defisit neraca transaksi berjalan kian melebar dan cadangan devisa terus tergerus untuk membiayai impor yang membengkak.
Lalu mau bagaimana lagi mengatasi hal demikian ? Rasa-rasa, kalau membaca buku Francis Fukuyama (2004) yang berjudul State Building: Goverenance and World Order in The 21st Century, juga belum tentu temukan jalan keluarnya. Mari tetap semangat yuk. Sekarang, rupiah tak bergairah. Rakyat kecil kuatir, pemerintah ketar-ketir. Indonesia 68 tahun merdeka masih rasakan pahit getirnya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Riwayat kehidupan rupiah dari hari ke hari semakin mengkuatirkan. Padahal ketika di usia tahun 2011, rupiah masih bertengger di Rp 8.722, tentu pengaruh terhadap kondisi isi dompet, masih aman jika mau beli nasi ayam penyet Lamongan Kini jelang band rock legendaris Metalica akan berunjuk gigi di Jakarta, si rupiah sudah berada di pucuk angka Rp 10 ribu-an. Tentu akhirnya pikiran jadi plin-plan, ketika mau jajan makanan nasi ayam Lamongan di pinggiran jalan.
Itulah celotehan masyarakat menengah ke bawah. Tak ketinggalan, masyarakat pengusaha penggiat industrialisasi pun curhat, gara-gara status rupiah sedang susah, pasca merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Mengutip dari Media Indonesia, Senin (21/8/2013), Dadhil Hasan yang bergelut sebagai Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menilai, melemahnya nilai tukar upiah terhadap dolar membuat produk ekspor Indonesia lebih murah di pasar internasional.
Tak heran, melihat gejala ‘panas dalam’ rupiah itu, ekonom di Bank Central Asia, David Sumual, pun ikut berkoar, rupiah di ujung tombak, sistem ekonomi yang kini berlangsung wajib dirombak.
Selama ini, kata David, mengutip dari Koran Tempo, Rabu (21/8/2013), pemerintah lamban dalam mengambil keputusan. Akibatnya, muncul berbagai spekulasi liar di pasar, rupiah berpotensi amblas hingga ke level Rp 12.000.
Kalau Indonesia begini terus, apa kata dunia. Kebijakan nyata yang pro rakyat kadang membuat cenat-cenut, akibat merasa itu semua tak kunjung konkrit dan efektif.
Maunya harus ada perombakan total, memakai cara-cara out of the box, di luar kebiasaan agar ekonomi manjur. Contoh, dalam dunia hukum saja sudah berani beda, belum ada di era sebelumnya, dimana seorang terdakwa korupsi simulator, Djoko Susilo, dituntut jaksa agar nanti dirinya diharamkan jadi pejabat publik, selain hukuman pidana dan denda jika dinyatakan sebagai terpidana.
Rupiah boleh kalah dari mata uang dolar Amerika Serikat, tapi tidak dari mata uang Australia. Mengutip dari sindonews.com, Senin (19/8/2013), Menteri Keuangan RI, Chatib Basri menjamin rupiah masih aman, perkembangannya akan mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.
Percaya dan mengamini saja, kinerja pemerintah akan jauh lebih baik menata Indonesia lebih gemilang, mengingat status di akun twitter presiden kita, @SBYyudhoyono, Senin 19 Agustus 2013, sangat serius dan sungguh berkomitmen. “Indonesia dalam melaksanakan pembangunan tidak sekedar mengejar pertumbuhan, tapi juga memastikan kemiskinan diatasi.” Amin ya robal alamin, benak ku.
Benar-benar tak terduga, mata uang dari negara Obama mengamuk, hantam babak belur rupiah. Sudah, tidak perlu ambil pusing tujuh keliling, mari semua tetap semangat, beredar di muka bumi mencari sesuap nasi, karena pasti kata RA Kartini, “habis gelap terbitlah terang.” Rupiah, ayo sumringah !. (*)