Minut, BeritaManado.com — Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) merupakan bentuk kepedulian Bank indonesia (BI) dalam pemberdayaan masyarakat.
PSBI antara lain meliputi peningkatan kapasitas ekonomi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pemahaman publik serta kepedulian sosial terkait pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan, lingkungan hidup, dan penanganan bencana.
Salah satu program PSBI yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sejak tahun 2019 adalah kepedulian sosial dalam rangka pengembangan pariwisata termasuk Desa Wisata.
Untuk program tersebut, Bank Indonesia pun mewujudkannya di Desa Bahoi yang terletak di Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara (Minut).
Desa Bahoi berada di wilayah Likupang, Minahasa Utara yang merupakan salah satu dari 5 destinasi pariwisata super prioritas yang ditetapkan pemerintah untuk dimaksimalkan pembangunan pariwisatanya.
Likupang menjadi daerah pariwisata super prioritas bersanding dengan Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.84 tahun 2019, Likupang telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata.
Berdasarkan Peraturan pemerintah tersebut, konsep KEK Likupang akan mengembangkan resort kelas premium dan menengah, budaya, serta pengembangan WaIIace Conservation.
Sebagai daerah penyokong pariwisata di KEK Likupang, desa yang memiliki hutan dan pantai Mangrove serta wisata bahari ini menjadi sangat strategis bagi pengembangan pariwisata di Sulut yang dikenal dengan wisata baharinya.
Terkait hal tersebut, Kepala KPw BI Sulut Arbonas Hutabarat pun menjelaskan, pentingnya pengembangan pariwisata di Sulut pun menggerakkan Bank Indonesia untuk melakukan pengembangan di Desa Bahoi.
Pengembangan pariwisata oleh Bank Indonesia di Desa Bahoi ini dilakukan fokus pada 3A 2P yaitu Attraction, Amenities, dan Access serta People terutama Sumber Daya Manusia (SDM) dan Promotion.
Untuk Attraction berupa Rumah Apung yang bisa dijadikan cafe dan lokasi foto pre-wedding, Amenities berupa petunjuk arah dan katalog biota laut dan Mangrove, Access berupa Jembatan Gantung dan Jembatan Bambu serta kapal untuk menyebrang ke rumah apung, Promotion berupa video promosi yang akan disebarluaskan atau diviralkan dan People berupa pengembangan SDM Desa Bahoi khususnya Pokdarwis.
Total bantuan yang diberikan dalam program ini yaitu senilai Rp499.694.000 sudah termasuk dengan sarana dan prasana penunjang antara lain alat snorkling, jembatan bambu, dan kapal di Desa Bahoi.
“Meski angkanya seperti itu, tapi pekerjaan kami bukan memberi bantuan uang atau pengerjaan fisik, namun merubah mindset. Bantuan fisik penting, tapi juga bantuan peningkatan SDM harus didahului. Itu sebabnya ada pelatihan terkait SOP atraksi wisata, bimbingan teknis dan pelatihan terkait pariwisata, pencatatan transaksi keuangan, serta pelatihan pertanian rumahan dan/atau makanan olahan sesuai dengan potensi desa,” ujar Arbonas.
Pengembangan SDM Desa Bahoi seperti SOP atraksi wisata, bimbingan teknis dan pelatihan terkait pariwisata, pencatatan transaksi keuangan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Manengkel Solidaritas selaku LSM yang peduli terhadap pelestarian lingkungan sehingga pengembangan yang dilakukan terhadap Desa Bahoi mendukung keberlangsungan lingkungan.
Bank Indonesia berharap, wisata di Desa Bahoi dapat berkembang dengan baik dan berkelanjutan.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bahoi juga diharapkan dapat terus menjalankan seluruh program pariwisatanya bahkan mengembangkan potensi wisata Desa Bahoi lebih baik lagi.
“Tentu apa yang sudah dibangun, diharapkan dapat dijaga dan ditingkatkan secara berkelanjutan. Desa Bahoi yang berada di wilayah KEK Likupang ini dapat mendorong pengembangan pariwisata di Sulut yang secara tidak langsung berdampak juga terhadap peningkatan sektor ekonomi,” kata Arbonas.
(Srisurya)