Bitung – Proses pengerjaan jalan di Pulau Lembeh diduga menggunakan alat yang tak sesuai peruntukannya.
Hal itu sesuai dengan temuan anggota Komisi C DPRD Kota Bitung, Habriyanto Achmad di Kelurahan Nusu Kecamatan Lembeh Utara beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pekerjaan jalan yang ia dapatkan diduga hanya menggunakan alat baby roller untuk memedatkan jalan sebelum pengaspalan.
“Jadi wajarlah jika usia jalan di Pulau Lembeh tak berusia lama karena alat yang digunakan diduga tak sesuai peruntukannya,” kata Habriyanyo, Selasa (22/05/2018).
Menurutnya, alat pengerasan untuk sebuah pembangunan jalan harusnya menggunakan alat stoom walsh yang tekanannya delapan ton hingga 100 ton.
“Tapi kenyataannya, hanya menggunakan baby roller yang kapasitasnya hanya tiga ton,” katanya.
Dirinya berharap, instansi terkait lebih pro aktif untuk melakukan pengawasan di lapangan agar pelaksanaan proyek sesuai dengan harapan.
“Jangan sampai proyek yang harusnya hasilnya bisa dinikmati lama masyarakat hanya dalam hitungan bulan sudah rusak,” katanya.
Namun hal itu dibantah Kabid Bina Marga Dinas PU Pemkot Bitung, Julius Sumanti yang mengatakan alat yang digunakan walls fibro yang kapasitanya mencapai 10 ton.
“Walls yang digunakan adalah walls fibro dengan kapasitas 10 ton dan silakan cek, datanya ada di kantor saya akan tunjukkan,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Proses pengerjaan jalan di Pulau Lembeh diduga menggunakan alat yang tak sesuai peruntukannya.
Hal itu sesuai dengan temuan anggota Komisi C DPRD Kota Bitung, Habriyanto Achmad di Kelurahan Nusu Kecamatan Lembeh Utara beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pekerjaan jalan yang ia dapatkan diduga hanya menggunakan alat baby roller untuk memedatkan jalan sebelum pengaspalan.
“Jadi wajarlah jika usia jalan di Pulau Lembeh tak berusia lama karena alat yang digunakan diduga tak sesuai peruntukannya,” kata Habriyanyo, Selasa (22/05/2018).
Menurutnya, alat pengerasan untuk sebuah pembangunan jalan harusnya menggunakan alat stoom walsh yang tekanannya delapan ton hingga 100 ton.
“Tapi kenyataannya, hanya menggunakan baby roller yang kapasitasnya hanya tiga ton,” katanya.
Dirinya berharap, instansi terkait lebih pro aktif untuk melakukan pengawasan di lapangan agar pelaksanaan proyek sesuai dengan harapan.
“Jangan sampai proyek yang harusnya hasilnya bisa dinikmati lama masyarakat hanya dalam hitungan bulan sudah rusak,” katanya.
Namun hal itu dibantah Kabid Bina Marga Dinas PU Pemkot Bitung, Julius Sumanti yang mengatakan alat yang digunakan walls fibro yang kapasitanya mencapai 10 ton.
“Walls yang digunakan adalah walls fibro dengan kapasitas 10 ton dan silakan cek, datanya ada di kantor saya akan tunjukkan,” katanya.
(abinenobm)