Sitaro, BeritaManado.com — Kehidupan masyarakat di Kepulauan menghadapi tantangan berat saat cuaca buruk melanda.
Seperti halnya masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat, angin kencang, dan ombak tinggi mengganggu aktivitas sehari-hari warga, terutama saat mereka hendak melakukan perjalanan antar pulau.
Saat cuaca buruk terjadi, banyak warga yang kesulitan untuk bepergian.
Kapal feri yang biasanya menjadi sarana transportasi utama antar pulau sering terhambat oleh cuaca ekstrem.
“Kami kesulitan untuk pergi ke kota atau pulau lain karena kapal tidak beroperasi, dan bahkan jika kapal beroperasi, naik ke kapal sangat berbahaya karena ombak tinggi,” ujar Alfian seorang warga Tagulandang.
Bahkan dari pantuan BeritaManado.com, ketika cuaca buruk, sejumlah kapal yang melayani rute ke negeri 47 pulau tidak dapat merapat ke pelabuhan Tagulandang.
“Ini karena gelombang tinggi, sehingga masyarakat harus naik perahu tambangan,” tambah Alfian Warga Tagulandang.
Akibatnya, masyarakat harus kembali mengeluarkan biaya tambahan untuk perahu tambangan.
“Inilah potret kehidupan warga kepulauan ketika cuaca buruk,” tambahnya.
Sementara bagi warga yang menggantungkan hidup pada sektor perikanan, cuaca buruk juga menghambat mereka untuk melaut.
Banyak nelayan terpaksa menunda aktivitas mereka hingga cuaca membaik.
“Kami harus menunggu cuaca lebih baik. Jika terus dipaksakan, risiko bahaya sangat tinggi,” ungkap Budi, yang tinggal di Pulau Tagulandang.
Sementara itu, bagi mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil, kesulitan untuk mendapatkan pasokan kebutuhan pokok menjadi masalah besar.
Cuaca buruk yang mengganggu transportasi membuat barang-barang seperti bahan pangan sulit dijangkau.
Meskipun cuaca buruk terus mengancam, semangat masyarakat Kepulauan Sitaro untuk bertahan dan saling mendukung tetap tak tergoyahkan.
Mereka berharap cuaca segera membaik, sehingga kehidupan mereka bisa kembali normal.
(Jhonli Kaletuang)