Manado – Wacana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan dilakukan pemerintah, rencana ini pun direspon pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Manado, sebagai organisasi kemahasiswaan kata Muhajir La Djanudin Ketua Umum PMII patut menanggapi kebijakan pemerintah tersebut.
Bagi PMII cabang Manado sebelum menaggapi wacana kenaikan BBM ada masalah pokok yang harus ditanggapi pemerintah mengenai fenomena antrian panjang yang terus menerus terjadi pada pangkalan minyak tanah di hampir semua daerah, khusus Kota Manado.
“Sikap pemerintah yang terburu-buru meaikkan BBM ini mengindikasikan proses konversi dari BBM ke BBG dilakukan pemerintah tidak dengan i’tikad baik yaitu untuk mengalihkan masyarakat ke bahan bakar yang lebih murah tanpa harus membebani negara, sosialisasi yang dilakukan dengan tidak merata dan cenderung asal-asalan adalah bukti masyarakat hanya diberi pilihan pada Ketakutan akan tidak amanya BBG atau membeli minyak tanah dengan harga pasar, yang mana hasil pengamatan kami harga minyak yang dijual sekitar harga Rp.8000-RP.15000,” terang Muhajir.
Berbeda jauh dengan harga minyak tanah subsidi eceran yang dalam Perpres. No 15 Tahun 2012 ditetapkan pada harga Rp.2500, tambahnya kenaikan harga BBM yang diwacanakan oleh pemerintah pada saat ini tentunya tak bisa lepas dengan kondisi geopolitik di timur-tengah.
“Dalam analisa kami, kebijakan SBY-Bodiono ini berefek dari pengaruh geopolitik Timur-Tengah, mestinya momentum seperti demikian menuntut pemerintah Indonesia peran aktif dalam upaya memediasi pihak-pihak yang bertikai demi kepentingan nasional,” tegas pria yang akrab disapa Hajir ini.
Bagi kami kenaikkan BBM akan berdampak pada kenaikan harga bahan-bahan pokok tentunya.
“Sangat ironis melihat angka pengangguran yang sangat tinggi, gaji buruh masih tetap rendah, nelayan-nelayan akan sulit melaut karena mahalnya BBM,” cecar Hajir yang di dampingi Jufri Karto Sekretaris Umum PMII cabang Manado. Lanjutnya lagi, data statistik menunjukan setiap kali harga BBM di naikkan maka di ikuti dengan bertambahnya warga miskin.
Kompensasi yang akan diberikan pada masyarakat miskin hanya upaya yang sia-sia dan tidak menyantuh akar permasalahan bangsa. Maka dengan ini Kami, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Manado mendesak pemerintah:
1. Tolak kenaikan Bahan Bakar Minyak
2. Segera menyiapkan infrastruktur BBG yang aman
3. Tangkap para penyelundup dan penimbun BBM
4. Tolak liberalisasi diberbagi bidang
5. Profesionalisme Pertamina secepatnya
6. Segera membuka lapangan kerja untuk rakyat
7. Kredit murah untuk UKM. ”Sikap kami tentu dengan tegas menolak kenaikan BBM, karena secara kejam pemerintah berusaha membunuh rakyat secara berlahan-lahan,” papar Ketum PMII ini menutup. (Am)
Manado – Wacana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan dilakukan pemerintah, rencana ini pun direspon pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Manado, sebagai organisasi kemahasiswaan kata Muhajir La Djanudin Ketua Umum PMII patut menanggapi kebijakan pemerintah tersebut.
Bagi PMII cabang Manado sebelum menaggapi wacana kenaikan BBM ada masalah pokok yang harus ditanggapi pemerintah mengenai fenomena antrian panjang yang terus menerus terjadi pada pangkalan minyak tanah di hampir semua daerah, khusus Kota Manado.
“Sikap pemerintah yang terburu-buru meaikkan BBM ini mengindikasikan proses konversi dari BBM ke BBG dilakukan pemerintah tidak dengan i’tikad baik yaitu untuk mengalihkan masyarakat ke bahan bakar yang lebih murah tanpa harus membebani negara, sosialisasi yang dilakukan dengan tidak merata dan cenderung asal-asalan adalah bukti masyarakat hanya diberi pilihan pada Ketakutan akan tidak amanya BBG atau membeli minyak tanah dengan harga pasar, yang mana hasil pengamatan kami harga minyak yang dijual sekitar harga Rp.8000-RP.15000,” terang Muhajir.
Berbeda jauh dengan harga minyak tanah subsidi eceran yang dalam Perpres. No 15 Tahun 2012 ditetapkan pada harga Rp.2500, tambahnya kenaikan harga BBM yang diwacanakan oleh pemerintah pada saat ini tentunya tak bisa lepas dengan kondisi geopolitik di timur-tengah.
“Dalam analisa kami, kebijakan SBY-Bodiono ini berefek dari pengaruh geopolitik Timur-Tengah, mestinya momentum seperti demikian menuntut pemerintah Indonesia peran aktif dalam upaya memediasi pihak-pihak yang bertikai demi kepentingan nasional,” tegas pria yang akrab disapa Hajir ini.
Bagi kami kenaikkan BBM akan berdampak pada kenaikan harga bahan-bahan pokok tentunya.
“Sangat ironis melihat angka pengangguran yang sangat tinggi, gaji buruh masih tetap rendah, nelayan-nelayan akan sulit melaut karena mahalnya BBM,” cecar Hajir yang di dampingi Jufri Karto Sekretaris Umum PMII cabang Manado. Lanjutnya lagi, data statistik menunjukan setiap kali harga BBM di naikkan maka di ikuti dengan bertambahnya warga miskin.
Kompensasi yang akan diberikan pada masyarakat miskin hanya upaya yang sia-sia dan tidak menyantuh akar permasalahan bangsa. Maka dengan ini Kami, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Manado mendesak pemerintah:
1. Tolak kenaikan Bahan Bakar Minyak
2. Segera menyiapkan infrastruktur BBG yang aman
3. Tangkap para penyelundup dan penimbun BBM
4. Tolak liberalisasi diberbagi bidang
5. Profesionalisme Pertamina secepatnya
6. Segera membuka lapangan kerja untuk rakyat
7. Kredit murah untuk UKM. ”Sikap kami tentu dengan tegas menolak kenaikan BBM, karena secara kejam pemerintah berusaha membunuh rakyat secara berlahan-lahan,” papar Ketum PMII ini menutup. (Am)