Manado, BeritaManado.com — Debat kandidat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulut pada 5 November menyisahkan beberapa catatan.
Sejumlah kalangan pun berharap debat berikut bisa lebih dimantapkan penyelenggara.
Pengamat Ekonomi, Dr Frederik Gerard Worang misalnya, melihat kelemahan pada debat yang diharap dimaksimalkan kedepan.
Gerdy Worang, sapaan Frederik, menilai debat pertama tidak mengeluarkan potensi besar dari pasangan calon (paslon).
Padahal momen itu menjadi ajang unjuk prestasi dan kelebihan untuk dipamerkan.
Gerdy menyayangkan jalannya debat terkesan mempertontonkan kelemahan paslon yang kelihatan tidak memahami topik.
“Ditanya pengembangan wilayah, jawabannya tentang Covid-19,” ujarnya.
Kata Worang, tema yang nyaris tidak terpaparkan adalah soal infrastruktur daerah.
Menurut dia, hanya satu paslon mengupas isu ini, namun tidak menyeluruh karena waktu diberikan singkat.
Seharusnya kata Worang, item ini menjadi penting demi meyakinkan pilihan masyarakat 9 Desember nanti.
“Mungkin karena terlalu banyak tema dalam satu debat, sehingga calon tidak bisa jelaskan satu per satu,” kata Frederik kepada BeritaManado, Sabtu (7/11/2020).
Gerdy menginginkan di debat kedua mekanisme pertanyaan diubah.
Ia berharap ada sesi pertanyaan antara calon gubernur, begitu pun head to head dari calon wakil gubernur.
“Kami pahami skema sudah disepakati dalam rakor. Namun jika semua pihak sependapat, mungkin debat kedua bisa dilakukan sedikit perubahan,” saran Gerdy yang bergelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di Bidang Tata Kelola Bisnis ini.
Dia menuturkan, selama 120 menit, esensi debat kurang dipahami bahkan terkesan hanya tontonan hiburan.
“Jadinya malah lucu. Padahal publik ingin melihat keunggulan dari masing-masing kandidat,” bebernya.
Ia pun menyarankan pada debat kedua tetap disiarkan di TV Swasta.
“Kurang enak kalau se-Indonesia lihat model debat seperti di sesi pertama. Nantilah debat ketiga baru TV Nasional,” tandasnya.
(Alfrits Semen)