Jakarta, BeritaManado.com — Pengusaha bidang pertanian asal Kawanua Pieter Tangka memberikan tanggapan atas pernyataan pengemat hukum Toar Palilingan beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa dirinya tidak melihat program terstruktur dari tiga Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut selama tiga kali debat kandidat diselenggarakan.
Menurut Pieter Tangka, dirinya tidak membantah bahwa tiga kali pelaksanaan Debat Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur terkesan seperti tidak maksimalnya poenyampaian program unggulan secara terstruktur yang biasa dikenal lewat Roadmapnya.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu alokasi waktu terbatas (hanya 2-3 menit), teknis debat agak keliru, dimana seharusnya KPU yang berkewajiban menggali visi dan misi para Paslon dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan program kerja mereka.
“Hal ini hanya dimungkinkan terjadi jika teknis pembagian sesi setiap debat didominasi oleh Komisi Pemilihan Umum dalam hal ini melalui Panelis yang ditetapkan. Kita ketahui bersama bahwa rata-rata Panelis merupakan orang-orang intelektual dan akademisi yang handal, baik lokal maupun nasional seperti Rektor, Guru Besar, Dosen berpengalaman dan lain sebagainya. Merekalah yang harusnya membongkar program-program para Paslon sehingga terbaca oleh publik. Namun yang terjadi adalah sesi tanya jawab, dimana porsinya diberikan terlalu besar bagi Paslon,” ungkap Tangka, Senin (23/11/2020).
Dengan demikian, hal itu berakibat pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan Paslon yang satu ke Paslon yang lain terkesan asal-asalan, tidak tajam dan cenderung berupa pertanyaan jebakan.
Apabila setiap debat ada 4 sesi, maka seharusnya sesi 1 itu dialokasikan untuk pertanyaan dari KPU, sesi 2 dan 3 pertanyaan Panelis dan sesi 4 baru tanya jawab antar Paslon.
Justru menjadi pertanyaan besar, kenapa Panelis diisi oleh para Intelektual, tapi bobot pertanyaan ke masing-masing Paslon juga seperti tidak berbobot?
“Mereka dipakai KPU tentunya untuk mengeksplore kapasitas dan kompetensi serta konsistensi para Paslon dalam memaparkan program kerja. Ini yang tidak terjadi dan tidak terlihat saat debat berlangsung. Dalam tiga kali debat, jelas terlihat kompetensi, kapabilitas dan konsistensi dari Paslon nomor urut 1 (CEP-SEHAN) jauh diatas kedua Paslon lainnya. CEP-SEHAN tidak pernah keluar dari bingkai visi, misi dan program-program unggulan yang sering mereka sampaikan saat kampanye,” jelasnya.
Ditambahkannya, secara substansi juga sangat terlihat bahwa program kerja Paslon nomor urut 1, jelas menitikberatkan pada penguatan ekonomi rakyat Sulut, dengan mengandalkan kekuatan sumber daya lokal serta optimalisasi penggunaan APBD.
Selain itu, roadmap nya juga sudah sangat jelas terlihat dan terbaca oleh publik, dimana publik bisa mereview kembali acara debat itu mulai dari pertama, kedua dan ketiga dengan masing-masing tema debatnya.
“Secara substansi, CEP-SEHAN ingin menyampaikan kepada publik, bahwa dengan waktu periode jabatan yang singkat yaitu hanya 3,5 tahun, maka mereka akan lebih fokus pada pembangunan kesejahtetaan masyarakat Sulut, dengan memberikan porsi terbesar pada penguatan ekonomi rakyat Sulut. Hal itu melalui pembenahan dan penguatan sistem. Tidak melulu berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik yang membutuhkan waktu panjang dan biaya yang besar. Apalagi ditengah Pandemi COVID-19 ini, dimana kondisi APBN yang multi defisit, justru akan berpengaruh pada postur APBD Provinsi Sulut,” tandasnya.
(Frangki Wullur)