Amurang—Berbulan-bulan lamanya, persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Minyak Tanah (Mitan) di Kabupaten Minahasa Selatan belum juga stabil. Herannya, justru banyak pangkalan mitan di Minsel menjual diatas Harga Eceran Tertinggi (HET). Dari 79 pangkalan di Minsel, hampir semuanya menjual mitan diatas HET. Sayangnya, Pemerintah Kabupaten Minsel belum mengambil tindakan resmi. Pun demikian, banyak konsumen mengaku rugi. Hanya saja, banyak diantara konsumen takut melaporkannya.
Dari informasi yang dihimpun beritamanado, sejak bulan Februari hingga Maret lalu, pangkalan mitan di Amurang paling nakal adalah di Kelurahan Bitung, Ranomea, Buyungon dan Kilometer Tiga. Rata-rata pangkalan menjual mitan diatas HET, seperti Rp 4000/liter hingga Rp 5000/liter. Lebih heran lagi, liter yang digunakan tak sebanding dengan liter-liter dengan label SNI.
‘’Benar, bahwa banyak sekali pangkalan di Minsel menjual minyak tanah dengan harga diatas HET. Namun demikian, dari pada tidak dapat minyak tanah, saya harus membelinya. Sebab, memang selama ini saya belum bisa menggunakan tabung gas 3 kg. Jadi, solusinya tetap menggunakan minyak tanah,’’ ujar Ibu Yoke Palar, IRT Buyungon.
Hanya saja, menurut Palar herannya HET minyak tanah Rp 3.300/kg. Kalau juga dijual Rp 3.500/kg masih wajar-wajar. Tetapi, saya juga heran ternyata harga per liter dijual diatas HET. Di Buyungon saja, dijual Rp 4000/liter. Tapi, sekali lagi saya harus membelinya. Sebab, ini harus dilakukan lantaran keluarganya masih menggunakan kompor 24 sumbuh.
Senada dikatakan Ibu Fintje Riri, IRT Kilometer Tiga Kecamatan Amurang juta mengaku kalau pangkalan minyak tanah yang ada di desa Kilometer Tiga menjual Rp 5000/liter. ‘’Apa bole buat, saya juga terpaksa membelinya. Karena, minyak tanah sangat sulit didapat. Ini juga demi pertimbangan keluarganya. Sebab, keluarganya belum menggunakan tabung gas elpiji 3 kg,’’ kata Riri.
Riri juga meminta, ada perhatian Pemkab Minsel soal pangkalan nakal di Minsel. Kalau perlu, pangkalan nakal tersebut dicabut izinnya. Ini bukti, bahwa pangkalan-pangkalan nakal tersebut hanya mau cari untung saja. Sementara, bagi konsumen jelas merasa telah dirugikan.
Kabag Administrasi Perekonomian Setdakab Minsel, Drs Corneles Mononimbar mengaku soal pangkalan nakal memang banyak di wilayah kerjanya. ‘’Bahkan, pihaknya sudah beberapa kali memanggil pemilik pangkalan yang dimaksud. Hanya saja, mereka belum ada yang daatang. Diakuinya, kalau pun pemilik pangkalan tak mau menghadap pihaknya. Maka, pihaknya akan mengambil ketegasan. Ingat, akan langsung dicabut izinnya,’’ tegas Mononimbar. (and)