Manado, BeritaManado.com – Sektor Pariwisata di Sulut cukup merasakan dampak negatif dari pandemi Covid-19.
Kondisi justru akan lebih terlihat jika penyebaran corona belum berhenti satu atau dua bulan kedepan.
“Berbeda dengan nasional, di bidang industry manufacturing dan jasa kita tidak signifikan. Yang menyolok justru iklim pariwisata,” beber Pengamat Ekonomi Sulut, Dr Frederik Gerard Worang, Rabu (6/5/2020).
Situasi itu terlihat dengan tingkat hunian hotel yang merosot tajam.
“Dan praktis kunjungan turis ditiadakan selama wabah ini,” kata Frederik Gerard Worang.
Kabar baiknya, dia melihat pertumbuhan ekonomi Sulut berada di kisaran 6% atau paling mentok 3,6% .
“Lebih bagus dari nasional, dimana menurut Menteri Keuangan berada di kisaran 2,1%,” katanya.
Lanjut Worang, selain pariwisata, distribusi perikanan Sulut sedikit terhambat.
Hal itu akibat mobilitas terbatas, mengingat beberapa wilayah sudah menerapkan PSBB.
“Tapi untuk ekspor luar negeri, Sulut meningkat di kuartal satu. Produknya didominasi sektor pertanian dan perkebunan,” ujar dia.
Terpisah, Pengamat Joy Elly Tulung, SE MSc PhD melihat pemulihan ekonomi membutuhkan waktu pasca pandemi COVID-19.
Pasalnya kata dia, bencana kali ini berbeda dengan krisis 98 yang hanya menghantam sektor keuangan.
“Yang sekarang hampir semua lini berdampak. Contohnya perbankan, dimana relaksasi kredit membuat bank terganggu likuiditasnya. Artinya keuntungan dari margin bunga kredit itu tertunda,” jelas lulusan Stara 3 Perancis ini.
Selanjutnya kata Joy Elly Tulung, dampak di sektor informal, yakni banyaknya PHK sehingga membutuhkan waktu mendapat pekerjaan lain.
“Otomatis mempengaruhi belanja dari masyarakat tersebut,” terangnya.
Ia menyambut baik langkah pemerintah yang memberikan stimulus fiscal kepada pihak terdampak.
“Ini solusi terbaik, sehingga tidak ada alasan warga pesimis. Sekarang tinggal bagaimana mengawasi penerapan hingga ke daerah-daerah,” tandasnya.
(Alfrits Semen)