Manado, BeritaManado.com — Baru-baru ini, Program Studi Ilmu Politik FISIP Unsrat Manado melakukan survei tentang elektabilitas calon gubernur jelang Pilkada 2024.
Survei ini dipimpin oleh koordinator Dr. Maxi Egeten SIP MSi.
Sejumlah nama kepala daerah atau tokoh publik masuk dalam survei yang dilaksanakan di 12 kabupaten/kota ini dengan 1200 orang sebagai sampel.
Lokasi survei yaitu Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minsel, Kabupaten Mitra, Kota Tomohon, Kabupaten Minut, Kota Bitung, Kabupaten Bolmong, Kabupaten Bolmut, Kabupaten Boltim, Kabupaten Bolsel dan Kota Kotamobagu.
Sementara 11 nama yang masuk survei yaitu Elly Engelbert Lasut, Steven Kandouw, James Sumendap, Christiany Eugenia Paruntu atau Tetty Paruntu, Rita Tamuntuan, Maurits Mantiri, Victor Mailangkay, Yasti Suprejo, Tatong Bara, Sachrul Mamonto dan Depri Pontoh.
Survei ini menunjukan, dari aspek popularitas atau tingkat kekenalan calon oleh pemilih adalah Elly Lasut (81 persen) disusul kemudian Steven Kandouw (76 persen), Tetty Paruntu (70 persen), James Sumendap (64 persen) dan selanjutnya tujuh calon lainnya di bawah 50 persen.
Sedangkan tingkat kesukaan pemilih dipimpin oleh Elly Lasut (71 persen) disusul kemudian Steven Kandouw (66 persen), Tetty Paruntu (60 persen), James Sumendap (54 persen) dan selanjutnya tujuh calon lainnya di bawah 40 persen.
Survei ini juga mengungkapkan, kalau Pilkada diselenggarakan hari ini maka secara spontan dan terbuka Elly Lasut lebih unggul (34,0 persen), disusul dengan Steven Kandouw (15,6 persen), kemudian Yasti Suprejo Mokoagouw (11,3 persen), Tetty Paruntu (9,4 persen).
Selanjutnya James Sumendap (7,8 persen), Tatong Bara (7,4 persen), Sachrul Mamonto (5,0 persen), Maurits Mantiri(4,5 persen), Depri Pontoh (3,1 persen), Rita Tamuntuan (1,0 persen) dan terakhir Victor Mailangkay (0,3 persen).
Kepada BeritaManado.com, Maxi Egeten mengatakan, survei ini dilaksanakan sebagai bagian dari mata kuliah di ilmu politik.
Itu sebabnya, penentuan nama-nama yang masuk daftar survei hingga pengelolaan sampel telah melewati begitu banyak tahapan.
“Jadi kami menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei di mana pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak,” jelas Maxi, Rabu (26/10/2022).
Lanjutnya, metode pengumpulan data adalah responden terpilih di wawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih.
Kendali mutu survei adalah pewawancara lapangan minimal mahasiswa atau sederajat dan mendapatkan pelatihan (workshop) secara intensif di setiap pelaksanaan survei.
“Jadi ini bukan sekedar by phone, tapi para mahasiswa kami terjun langsung di lapangan dan mewawancarai langsung responden,” kata Maxi.
Survei ini juga menggunakan teknik penentuan sampel dengan cara stratified multistage random sampling yang merupakan bentuk kompleks dari simple cluster sampling.
Cara pengambilan sampel dalam metode ini adalah dengan menggunakan kombinasi dari dua atau lebih metode pengambilan sampel yang berbeda.
Multistage sampling mengacu pada rencana sampling di mana pengambilan sampel dilakukan secara bertahap dengan menggunakan unit sampling yang lebih kecil daripada setiap tahap.
Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1200 responden dengan margin of error kurang lebih 2,80 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
“Jadi ini bukan survei yang hasilnya kami tentukan sendiri, tapi memang berdasarkan hasil survei yang kami dapat di lapangan. Ini bisa dipertanggungjawabkan, 1.200 sampel dari para responden ada, kami juga punya dokumentasi selama survei,” tegas Maxi.
Dari survei yang berlangsung, terungkap fakta menarik, di mana dalam menentukan pilihannya, para responden tidak melihat latar belakang partai yang bersangkutan.
Namun, Maxi mengungkap, para responden lebih mengharapkan bisa menemukan sosok pemimpin yang mudah digapai masyarakat.
“Sifat dan kriteria yang diharapkan dari calon adalah yang paling tinggi itu merakyat, berpengalaman, berkualitas, santun, berprestasi, lalu lainnya ada juga yang berharap cantik dan tampan, tegas juga pintar,” pungkas Maxi.
(srisurya)