Belang – Tak banyak yang mengetahui asal usul nama Pantai Hais yang ada di Desa Molompar Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) ini. Menurut keterangan orang kampung, nama Pantai Hais diambil dari nama seorang misionaris Katolik asal Portugis yang pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah Keuskupan Manado.
Memang sampai saat ini belum ada benang merah yang jelas mengenai kedatangan misionaris yang bernama lengkap Pater Diego de Magelheins. Namun dari penelusuran literatur penggalan-penggalan sejarah Gereja Katolik tercatat bahwa misionaris tersebut memang pernah berkarya di wilayah Keuskupan Manado.
Seperti dalam sejarah gereja yang dirulis Pater Jan van Pasen MSC dalam bukunya yang berjudul Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Manado. Sekilas dikisahkan, Pater Diego menetap sementara di dataran Maluku yaitu wilayah Ternate dalam sebuah karya pelayanan bersama misionaris lainnya.
Mendesaknya kebutuhan akan kehadiran seorang misionaris untuk melayani masyarakat yang menyatakan memberi diri untuk diterimakan dalam keanggotaan Gereja Katolik membuat Pater Diego akhirnya diutus ke Manado. Pelayaran pun ditempuh dengan menggunakan kapal layar.
Posisi geografis Pantai Hais saat ini dan Pulau Halmahera tempat Ibukota Ternate berpijak jika dilihat dari peta memang sangat dekat, jika dibandingkan tujuan pelayanan Pater Diego jika harus berlayar langsung ke Manado. Jadi memang cukup masuk akal memag jika misionaris Katolik itu pernah menginjakkan kakinya di Pantai Hais ini.
Menurut pengakuan seorang warga Stevanus Ngongoloy, bahwa nama Pantai Hais diambil dari nama akhir dari Pater Diego yaitu Magelheins.
“Karena cukup sulit dicerna masyarakat lokal sebutan nama Magelheins, maka masyarakat desa hanya menyebutkan Hais. Dari situlah cikal bakal nama Pantai Hais ini yang setiap musim liburan selalu dipadati oleh warga dari seluruh penjuru Minahasa Tenggara dan sekitarnya,” ungkapnya.
Lokasi wisata yang status kepemilikannya ada di pihak swasta ini memang belum dikembangkan secara lebih srius. Namun demikian warga tetap meminati untuk datang dengan motivasi sekedar berekreasi dan menjalankan aktivitas keagamaan seperti ibadah pantai. (frangkiwullur)
Belang – Tak banyak yang mengetahui asal usul nama Pantai Hais yang ada di Desa Molompar Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) ini. Menurut keterangan orang kampung, nama Pantai Hais diambil dari nama seorang misionaris Katolik asal Portugis yang pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah Keuskupan Manado.
Memang sampai saat ini belum ada benang merah yang jelas mengenai kedatangan misionaris yang bernama lengkap Pater Diego de Magelheins. Namun dari penelusuran literatur penggalan-penggalan sejarah Gereja Katolik tercatat bahwa misionaris tersebut memang pernah berkarya di wilayah Keuskupan Manado.
Seperti dalam sejarah gereja yang dirulis Pater Jan van Pasen MSC dalam bukunya yang berjudul Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Manado. Sekilas dikisahkan, Pater Diego menetap sementara di dataran Maluku yaitu wilayah Ternate dalam sebuah karya pelayanan bersama misionaris lainnya.
Mendesaknya kebutuhan akan kehadiran seorang misionaris untuk melayani masyarakat yang menyatakan memberi diri untuk diterimakan dalam keanggotaan Gereja Katolik membuat Pater Diego akhirnya diutus ke Manado. Pelayaran pun ditempuh dengan menggunakan kapal layar.
Posisi geografis Pantai Hais saat ini dan Pulau Halmahera tempat Ibukota Ternate berpijak jika dilihat dari peta memang sangat dekat, jika dibandingkan tujuan pelayanan Pater Diego jika harus berlayar langsung ke Manado. Jadi memang cukup masuk akal memag jika misionaris Katolik itu pernah menginjakkan kakinya di Pantai Hais ini.
Menurut pengakuan seorang warga Stevanus Ngongoloy, bahwa nama Pantai Hais diambil dari nama akhir dari Pater Diego yaitu Magelheins.
“Karena cukup sulit dicerna masyarakat lokal sebutan nama Magelheins, maka masyarakat desa hanya menyebutkan Hais. Dari situlah cikal bakal nama Pantai Hais ini yang setiap musim liburan selalu dipadati oleh warga dari seluruh penjuru Minahasa Tenggara dan sekitarnya,” ungkapnya.
Lokasi wisata yang status kepemilikannya ada di pihak swasta ini memang belum dikembangkan secara lebih srius. Namun demikian warga tetap meminati untuk datang dengan motivasi sekedar berekreasi dan menjalankan aktivitas keagamaan seperti ibadah pantai. (frangkiwullur)