AGAMA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan, umat Islam bisa menghargai jika ada perbedaan waktu Hari Raya Idul Fitri.
Ketua MUI, Maaruf Amin mengatakan, perbedaan waktu Hari Raya Idul Fitri kerap terjadi diantara beberapa golongan Muslim, ada yang lebih cepat namun ada pula yang lebih lambat.
“Umat Muslim harus saling memahami dan menghargai perbedaan pemahaman Hari Raya Idul Fitri,” ujar Amin.
Amin berharap setelah 30 hari berpuasa, umat Islam dapat lebih waspada atas segala kemungkaran aktual yang senantiasa mengancam, seperti maraknya paham aliran sesat, korupsi, suap, perselingkuhan, pornografi, aborsi, narkotika, alkohol, judi, anarki dan permusuhan.
Diketahui, pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1431 Hijriah, jatuh pada 10 September 2010.
AGAMA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan, umat Islam bisa menghargai jika ada perbedaan waktu Hari Raya Idul Fitri.
Ketua MUI, Maaruf Amin mengatakan, perbedaan waktu Hari Raya Idul Fitri kerap terjadi diantara beberapa golongan Muslim, ada yang lebih cepat namun ada pula yang lebih lambat.
“Umat Muslim harus saling memahami dan menghargai perbedaan pemahaman Hari Raya Idul Fitri,” ujar Amin.
Amin berharap setelah 30 hari berpuasa, umat Islam dapat lebih waspada atas segala kemungkaran aktual yang senantiasa mengancam, seperti maraknya paham aliran sesat, korupsi, suap, perselingkuhan, pornografi, aborsi, narkotika, alkohol, judi, anarki dan permusuhan.
Diketahui, pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1431 Hijriah, jatuh pada 10 September 2010.