“Beberapa Ruas Rawan Kecelakaan”
AMURANG — Bagi pengendara kendaraan bermotor harus berhati-hati saat melintasi jalan trans Sulawesi khususnya di Minahasa Selatan terutama di malam hari. Pasalnya fasilitas penerangan jalan masih sangat minim. Kalaupun ada tiang lampu sering sudah tidak berfungsi alias tidak ada bola lampunya. Sehingga menjadi rawan terjadinya kecelakaan. Apalagi jalan tersebut membelah pemukiman penduduk.
Persoalan ini sebenarnya sudah sering dikeluhkan masyarakat, namun sampai
sekarang belum ada tindakan antisipasi pihak terkait. Bahkan terkesan saling lempar tanggung jawab siapa yang harus membenahi fasilitas tersebut.
“Kami sudah berulangkali menyampaikan keluhan ke PLN maupun pemkab, tapi sayangnya belum ada tanggapan memuaskan. Padahal bukan satu kali saja
terjadi kecelakaan akibat minimnya penerangan,” papar Jantje ‘Bro’ Mongkareng, warga Amurang, Sabtu (20/8).
Selain itu juga dikhawatirkan kendaraan bermotor dapat menabrak warga yang
sedang berjalan di pinggiran. Apalagi saat sudah memasuki tengah malam, dimana rumah penduduk sudah memadamkan sebagian lampu rumah yang menambah gelapnya jalan yang menjadi salah satu urat nadi perekonomian di Sulut ini.
‘’Apakah harus menunggu korban lagi, baru fasilitas penerangan diperbaiki? Selain itu kami juga mengharapkan dipasangnya rambu-rambu yang memintakan pengendara kendaraan bermotor memacu kendaraan di bawah 40 km per jam, karena melintasi pemukiman yang padat penduduk,” kunci
Mongkareng. (ape)
“Beberapa Ruas Rawan Kecelakaan”
AMURANG — Bagi pengendara kendaraan bermotor harus berhati-hati saat melintasi jalan trans Sulawesi khususnya di Minahasa Selatan terutama di malam hari. Pasalnya fasilitas penerangan jalan masih sangat minim. Kalaupun ada tiang lampu sering sudah tidak berfungsi alias tidak ada bola lampunya. Sehingga menjadi rawan terjadinya kecelakaan. Apalagi jalan tersebut membelah pemukiman penduduk.
Persoalan ini sebenarnya sudah sering dikeluhkan masyarakat, namun sampai
sekarang belum ada tindakan antisipasi pihak terkait. Bahkan terkesan saling lempar tanggung jawab siapa yang harus membenahi fasilitas tersebut.
“Kami sudah berulangkali menyampaikan keluhan ke PLN maupun pemkab, tapi sayangnya belum ada tanggapan memuaskan. Padahal bukan satu kali saja
terjadi kecelakaan akibat minimnya penerangan,” papar Jantje ‘Bro’ Mongkareng, warga Amurang, Sabtu (20/8).
Selain itu juga dikhawatirkan kendaraan bermotor dapat menabrak warga yang
sedang berjalan di pinggiran. Apalagi saat sudah memasuki tengah malam, dimana rumah penduduk sudah memadamkan sebagian lampu rumah yang menambah gelapnya jalan yang menjadi salah satu urat nadi perekonomian di Sulut ini.
‘’Apakah harus menunggu korban lagi, baru fasilitas penerangan diperbaiki? Selain itu kami juga mengharapkan dipasangnya rambu-rambu yang memintakan pengendara kendaraan bermotor memacu kendaraan di bawah 40 km per jam, karena melintasi pemukiman yang padat penduduk,” kunci
Mongkareng. (ape)