Minut, BeritaManado.com – Letak wilayah Desa Tontalete menarik menjadi perhatian.
Pasalnya, meski masuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Utara (Minut), namun Desa Tontalete justru masuk ke wilayah Kota Bitung.
Bahkan, untuk datang ke desa ini, masyarakat harus melalui beberapa kelurahan Kota Bitung lebih dahulu, seperti melewati kompleks Terminal Tangkoko.
Desa Tontalete tercatat sebagai salah satu desa di Kecamatan Kema, meski jaraknya jauh dari kecamatan ini dan justru lebih dekat dengan Kecamatan Watudambo, kecamatan yang berbatasan dengan Kota Bitung.
Hukum Tua Serfie Hernie Pelengkahu mengakui keunikan Desa Tontalete Rokrok ini.
“Masalah batas wilayah Tontalete Rokrok memang sudah ada sejak dulu. Ini dulunya perkebunan Tontalete, lalu seiring waktu membentuk desa menjadi Tontalete Rokrok,” ujar Pelengkahu, belum lama ini.
Palengkahu mengatakan kesulitan akibat kondisi ini ada dalam pengurusan administrasi, seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
“Untuk ke kantor kecamatan sudah jauh, apalagi harus ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Karena itu, pengurusan administrasi warga dibantu perangkat desa. Kecuali yang sudah sangat mendesak bisa langsung ke kantor dinas capil,” tambah Pelengkahu.
Diakui Pelengkahu, sejauh ini warga desa yang berjumlah 110 KK, banyak bergantung di Kota Bitung, mulai dari penjualan komoditi pangan di pasar tradisional Bitung sampai permintaan bantuan keamanan selalu berkoordinasi dengan Polsek Matuari, Polres Bitung.
“Mata pencarian masyarakat mayoritas petani jagung, juga buruh lepas. Paling banyak hasil pertanian dijual ke Bitung, dan buruh bekerja di Bitung,” ujarnya.
Meski demikian, warga Desa Tontalete Rokrok mengaku tak ingin masuk menjadi wilayah Kota Bitung.
Pelengkahu mengatakan, sesuai kesepakatan bersama, masyarakat setuju tetap menjadi bagian Minahasa Utara.
“Mungkin jika jalan desa bisa menyambung ke Kecamatan Watudambo, maka hasil pertanian kami bisa dijual ke Minut dan akses ke kantor pemerintahan bisa lebih dekat,” pungkas Pelengkahu.
(Finda Muhtar)
Minut, BeritaManado.com – Letak wilayah Desa Tontalete menarik menjadi perhatian.
Pasalnya, meski masuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Utara (Minut), namun Desa Tontalete justru masuk ke wilayah Kota Bitung.
Bahkan, untuk datang ke desa ini, masyarakat harus melalui beberapa kelurahan Kota Bitung lebih dahulu, seperti melewati kompleks Terminal Tangkoko.
Desa Tontalete tercatat sebagai salah satu desa di Kecamatan Kema, meski jaraknya jauh dari kecamatan ini dan justru lebih dekat dengan Kecamatan Watudambo, kecamatan yang berbatasan dengan Kota Bitung.
Hukum Tua Serfie Hernie Pelengkahu mengakui keunikan Desa Tontalete Rokrok ini.
“Masalah batas wilayah Tontalete Rokrok memang sudah ada sejak dulu. Ini dulunya perkebunan Tontalete, lalu seiring waktu membentuk desa menjadi Tontalete Rokrok,” ujar Pelengkahu, belum lama ini.
Palengkahu mengatakan kesulitan akibat kondisi ini ada dalam pengurusan administrasi, seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
“Untuk ke kantor kecamatan sudah jauh, apalagi harus ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Karena itu, pengurusan administrasi warga dibantu perangkat desa. Kecuali yang sudah sangat mendesak bisa langsung ke kantor dinas capil,” tambah Pelengkahu.
Diakui Pelengkahu, sejauh ini warga desa yang berjumlah 110 KK, banyak bergantung di Kota Bitung, mulai dari penjualan komoditi pangan di pasar tradisional Bitung sampai permintaan bantuan keamanan selalu berkoordinasi dengan Polsek Matuari, Polres Bitung.
“Mata pencarian masyarakat mayoritas petani jagung, juga buruh lepas. Paling banyak hasil pertanian dijual ke Bitung, dan buruh bekerja di Bitung,” ujarnya.
Meski demikian, warga Desa Tontalete Rokrok mengaku tak ingin masuk menjadi wilayah Kota Bitung.
Pelengkahu mengatakan, sesuai kesepakatan bersama, masyarakat setuju tetap menjadi bagian Minahasa Utara.
“Mungkin jika jalan desa bisa menyambung ke Kecamatan Watudambo, maka hasil pertanian kami bisa dijual ke Minut dan akses ke kantor pemerintahan bisa lebih dekat,” pungkas Pelengkahu.
(Finda Muhtar)