MANADO – Pernyataan salah-satu pimpinan PT Pertamina, Kristanto, saat hearing di DPRD Sulut beberapa hari lalu, bahwa kelangkaan BBM utamanya jenis premium bukan karena pembatasan kuota, melainkan akibat sifat panik warga yang memborong BBM, dinilai banyak kalangan mengada-ada.
“Buktinya, sampai saat ini hampir semua SPBU di Sulut cepat habis stok. Logikanya, jika warga memborong BBM karena panik sementara komsumsinya tetap setiap hari, maka tidak mungkin terjadi kelangkaan dalam waktu cukup lama,” ujar pemerhati kota, Steven Wowiling, Kamis (12/05).
Bahkan salah-satu anggota Komisi III DPRD Sulut, Hi Anton Mamonto, menduga ada konspirasi dari pemerintah melalui Pertamina untuk mengalihkan komsumsi premium ke pertamax dengan cara membiasakan masyarakat membeli BBM dengan harga mahal.
“Ternyata premium juga banyak ditemukan pada pedagang eceran dijual dengan harga mencapai tujuh ribu rupiah. Saya menduga ada skenario mengalihkan pemakaian premium ke pertamax, dengan cara membuat kelangkaan, yang akhirnya masyarakat membeli di eceran dengan harga mahal, sehingga lama-kelamaan masyarakat terbiasa membeli dengan harga mahal,” tegas legislator dapil Bolmong ini. (jry)
MANADO – Pernyataan salah-satu pimpinan PT Pertamina, Kristanto, saat hearing di DPRD Sulut beberapa hari lalu, bahwa kelangkaan BBM utamanya jenis premium bukan karena pembatasan kuota, melainkan akibat sifat panik warga yang memborong BBM, dinilai banyak kalangan mengada-ada.
“Buktinya, sampai saat ini hampir semua SPBU di Sulut cepat habis stok. Logikanya, jika warga memborong BBM karena panik sementara komsumsinya tetap setiap hari, maka tidak mungkin terjadi kelangkaan dalam waktu cukup lama,” ujar pemerhati kota, Steven Wowiling, Kamis (12/05).
Bahkan salah-satu anggota Komisi III DPRD Sulut, Hi Anton Mamonto, menduga ada konspirasi dari pemerintah melalui Pertamina untuk mengalihkan komsumsi premium ke pertamax dengan cara membiasakan masyarakat membeli BBM dengan harga mahal.
“Ternyata premium juga banyak ditemukan pada pedagang eceran dijual dengan harga mencapai tujuh ribu rupiah. Saya menduga ada skenario mengalihkan pemakaian premium ke pertamax, dengan cara membuat kelangkaan, yang akhirnya masyarakat membeli di eceran dengan harga mahal, sehingga lama-kelamaan masyarakat terbiasa membeli dengan harga mahal,” tegas legislator dapil Bolmong ini. (jry)