Bitung – Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Kota Bitung tetap menyatakan menolak kebijakan rayonisasi Angkutan Kota (Angkot). Pasalnya, kebijakan tersebut dianggap tidak memihak pada sopir dan masyarakat karena tidak sesuai dengan kondisi transportasi di Kota Bitung.
“Pengaturan trayek dalam rayonisasi tidak tepat karena ada trayek yang menumpuk Angkot sedangkan trayek lainnya masih kurang Angkot,” kata pengurus KSBI Kota Bitung, Rocky Oroh, Jumat (25/10).
Selain itu, kata Oroh, rayonisasi mengharuskan masyarakat dobel cost untuk menggunakan Anngkot. Karena ada sejumlah masyarakat yang beberapa kali pindah Angkot baru sampai ke tujuan.
“Kami bukan menolak kebijakan rayonisasi, malah sangat mendukung tapi sayangnya kebijakan rayonisasi tidak melibatkan sopir yang tahu persis soal kondisi dilapangan,” katanya.
Padahal menurutnya, organisasi hanya hanya fasilitator bukan penentu kebijakan karena sopirlah yang tiap hari menjalani trayek. “Kami hanya meminta agar sejumlah trayek yang diterapkan dalam kebijakan rayonisasi direvisi bukan malah dipaksakan,” katanya.
Sementara itu, Kadis Perhubungan Kota Bitung, Rahel Rotinsulu menyatakan pihaknya akan tetap menjalankan ujicoba rayonisasi Senin (28/10) nanti. Mengingat dari 500an armada Angkot yang beroperasi di Kota Bitung, sudah 400an yang memasang stiker trayek.
“Memang sampai saat ini masih ada sejumlah penolakan dengan alasan kurang tepat dan sebagainya, tapi bagaimana kita mengetahui apakah rayonisasi tepat atau tidak jika belum diterapkan,” kata Rotinsulu.
Rotinsulu sendiri berharap dukungan dan masukan dari semua pihak dalam pemberlakuan rayonisasi. “Kalau memang dalam ujicoba ada yang dianggap kurang tentu kami akan benahi, jadi kami mohon dukungannya,” katanya.(abinenobm)
Bitung – Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Kota Bitung tetap menyatakan menolak kebijakan rayonisasi Angkutan Kota (Angkot). Pasalnya, kebijakan tersebut dianggap tidak memihak pada sopir dan masyarakat karena tidak sesuai dengan kondisi transportasi di Kota Bitung.
“Pengaturan trayek dalam rayonisasi tidak tepat karena ada trayek yang menumpuk Angkot sedangkan trayek lainnya masih kurang Angkot,” kata pengurus KSBI Kota Bitung, Rocky Oroh, Jumat (25/10).
Selain itu, kata Oroh, rayonisasi mengharuskan masyarakat dobel cost untuk menggunakan Anngkot. Karena ada sejumlah masyarakat yang beberapa kali pindah Angkot baru sampai ke tujuan.
“Kami bukan menolak kebijakan rayonisasi, malah sangat mendukung tapi sayangnya kebijakan rayonisasi tidak melibatkan sopir yang tahu persis soal kondisi dilapangan,” katanya.
Padahal menurutnya, organisasi hanya hanya fasilitator bukan penentu kebijakan karena sopirlah yang tiap hari menjalani trayek. “Kami hanya meminta agar sejumlah trayek yang diterapkan dalam kebijakan rayonisasi direvisi bukan malah dipaksakan,” katanya.
Sementara itu, Kadis Perhubungan Kota Bitung, Rahel Rotinsulu menyatakan pihaknya akan tetap menjalankan ujicoba rayonisasi Senin (28/10) nanti. Mengingat dari 500an armada Angkot yang beroperasi di Kota Bitung, sudah 400an yang memasang stiker trayek.
“Memang sampai saat ini masih ada sejumlah penolakan dengan alasan kurang tepat dan sebagainya, tapi bagaimana kita mengetahui apakah rayonisasi tepat atau tidak jika belum diterapkan,” kata Rotinsulu.
Rotinsulu sendiri berharap dukungan dan masukan dari semua pihak dalam pemberlakuan rayonisasi. “Kalau memang dalam ujicoba ada yang dianggap kurang tentu kami akan benahi, jadi kami mohon dukungannya,” katanya.(abinenobm)