Langowan, BeritaManado.com — Ada nilai historis terungkap pada detik-detik jelang acara buka puasa bersama di Masjid Baiturahman Amongena Satu Kecamatan Langowan Timur, Senin (6/5/2019) sore.
Imam Masjid Baiturahman Arifin Lamsu kepada BeritaManado.com mengatakan bahwa inti dari nilai historis yang dimaksud adalah kebersamaan dan kekeluargaan atau dalam bahasa yang lebih sederhana yaitu persaudaraan.
Dalam praktekkya puluhan tahun silam, selaku bagian dari jamaah masjid pertama di Langowan itu, Imam Arifin saat masa muda dahulu menuturkan bahwa ada tradisi yang mampu menembus batas-batas doktrin agama antara Muslim dan Non Muslim di Langowan.
“Kalau lagi Idul Fitri, kami sering dikunjungi saudara dan sahabat dari golongan Kristen. Demikian juga kami melakukan hal yang sama di saat mereka merayakan Natal setiap tahun. Saat seperti itu, kami tidak sekedar saling mencicipi hidangan namun juga ada tradisi saling memberi oleh-oleh khas Idul Fitri dan Natal,” ungkap Imam Arifin.
Ditambahkannya, kebiasaan itulah yang diharapkan saat ini bisa hidup kembali untuk menjadi fondasi yang kokoh dalam mewujudkan kebersamaan melalui implementasi arti pentingnya pesaudaraan itu, meski dalam keseharian punya perbedaan yang mendasar.
“Dalam hal inilah, kami ketika itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa persaudaraan itu sanggup menutupi perbedaan tradisi menjalankan ibadah masing-masing agama. Yang ada pada kami adalah kesadaran penuh bahwa hidup berdampingan juga bagian dari nilai-nilai iman sebagai umat beragama,” tuturnya.
Tradisi itu turut menghiasi sejarah panjang eksistensinya di Langowan, dimana secara internal mempunyai kisah-kisah inspiratif dari mereka yang menjadi perintis masuk dan berkembangnya umat Islam di Langowan hingga saat ini.
“Mungkin baik juga jika di bulan puasa ini kami mencoba membuka kembali lembaran sejarah perkembangan umat Islam di Langowan yang dapat memperkaya iman jamaah khususnya generasi muda dari sudut pandang historis,” tuturnya.
Imam Arifin sendiri berharap dalam rencana untuk membuat dokumentasi sejarah umat Islam di Langowan, bisa dimulai dengan hal-hal sederhana melalui perjumpaan dan dialog bersama dengan tokoh lintas agama maupun tokoh Islam sendiri yang memiliki pemahaman sejarah untuk menelusuri peristwa yang pernah terjadi di masa lampau. (Frangki Wullur)