Soni Sumarsono ketika menghadiri acara Tulude
Bitung – Penjabat Gubernur Sulut, Soni Sumarsono mengaku kagum dengan pegelaran adat tahunan, Tulude.
Ia menyatakan Tulude adalah acara adat luar biasa yang pertama kali diiikuti selama menjabat sebagai penjabat gubernur Sulut.
“Saya atas nama pemerintah provinsi dan pribadi memberikan apresiasi kepada Pemkot Bitung dan masyarakat Nusa Utara di Kota Bitung karena ini adalah salah satu bentuk mempertahankan budaya,” kata Soni ketika memberikan sambutan di acara Tulude Pemkot Bitung di Kelurahan Mawali Lembeh Utara, Kamis (28/1/2016).
Menurutnya, momentum Tulude di Kota Bitung yang memiliki makna religi, yang didalamnya berisih tradisi budaya untuk mempersatukan seluruh etnis masyarakat Kota Bitung, juga Sulawesi Utara.
“Hal ini terlihat dari wahana kebersamaan dan persaudaraan dalam satu komunitas yang utuh, yang mengisyaratkan bahwa kita semua ini merupakan satu kesatuan masyarakat yang cinta persatuan,” katanya.
Ia berharap, masyarakat Kota Bitung tetap bersatu padu menjaga dan memelihara kerukunan hidup dengan meningkatkan rasa persaudaraan sambil bergandengan tangan membangun daerah demi kesejahteraan bersama.
“Banyak yang salah dengan arti modernisasi. Modernisasi tidak selama menggusur budaya tapi modernisasi harus berpijak pada budaya seperti Jepang dan Nali yang budanya tetap kokoh ditengah modernisasi. Sulut juga diharapkan demikian,” katanya.(abinenobm)
Soni Sumarsono ketika menghadiri acara Tulude
Bitung – Penjabat Gubernur Sulut, Soni Sumarsono mengaku kagum dengan pegelaran adat tahunan, Tulude.
Ia menyatakan Tulude adalah acara adat luar biasa yang pertama kali diiikuti selama menjabat sebagai penjabat gubernur Sulut.
“Saya atas nama pemerintah provinsi dan pribadi memberikan apresiasi kepada Pemkot Bitung dan masyarakat Nusa Utara di Kota Bitung karena ini adalah salah satu bentuk mempertahankan budaya,” kata Soni ketika memberikan sambutan di acara Tulude Pemkot Bitung di Kelurahan Mawali Lembeh Utara, Kamis (28/1/2016).
Menurutnya, momentum Tulude di Kota Bitung yang memiliki makna religi, yang didalamnya berisih tradisi budaya untuk mempersatukan seluruh etnis masyarakat Kota Bitung, juga Sulawesi Utara.
“Hal ini terlihat dari wahana kebersamaan dan persaudaraan dalam satu komunitas yang utuh, yang mengisyaratkan bahwa kita semua ini merupakan satu kesatuan masyarakat yang cinta persatuan,” katanya.
Ia berharap, masyarakat Kota Bitung tetap bersatu padu menjaga dan memelihara kerukunan hidup dengan meningkatkan rasa persaudaraan sambil bergandengan tangan membangun daerah demi kesejahteraan bersama.
“Banyak yang salah dengan arti modernisasi. Modernisasi tidak selama menggusur budaya tapi modernisasi harus berpijak pada budaya seperti Jepang dan Nali yang budanya tetap kokoh ditengah modernisasi. Sulut juga diharapkan demikian,” katanya.(abinenobm)