Manado — Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi (GEMA-PRODEM) yang beranggotakan para mahasiswa yang pro terhadap demokrasi, Senin (18/12/2017) menggelar unjuk rasa di jalan Pierre Tendean Manado, tepatnya di depan tugu Robert Wolter Mongisidi.
Kordinator lapangan dalam orasinya di aksi yang mengusung tema “Mengusut tuntas sengketa agraria di Kecamatan Galela”, Fidel mengatakan, meski Galela berada di Maluku Utara, tapi sebagai putra daerah yang kini mengenyam pendidikan di Sulut, GEMA-PRODEM tidak boleh tinggal diam atas ketidakadilan yang terjadi di daerah sendiri.
Selain berorasi, Rudhy Pravda lun memimpin massa membaca sajak dan puisi demikian; pesan sang ibu: Wiji Thukul, kabar untuk anakku, sajak kebohongan pesta rakyat. Dirampok di tanah sendiri sajak untuk petani galela.
Aksi ini dipicu oleh keberadaan salah satu perusahaan di daerah asal mereka, yaitu PT KSO yang HGU-nya dituding menggunakan tanah milik rakyat.
“Kembalikan 2000 hektare tanah kepada petani Galela tanpa syarat,” teriak Rudhy.
Tak hanya itu, dirinya juga mengecam tindakan perampasan tanah milik rakyat.
“Stop perampasan tanah petani Galela dan kriminalisasi aparat keamanan terhadap petani,” jelasnya.
Massa pun mendesak TNI-Polri untuk membela kepentingan masyarakat, khususnya serikat petani Galela serta menjalankan proses hukum kepada mereka yang menjadi pelaku kriminalisasi terhadap petani.
“Berikan demokrasi seluas-luasnya untuk rakyat tertindas seperti petani, buruh, nelayan, kaum miskin kota, desa dan perempuan,” pungkas Fidel.
(sti)
Manado — Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi (GEMA-PRODEM) yang beranggotakan para mahasiswa yang pro terhadap demokrasi, Senin (18/12/2017) menggelar unjuk rasa di jalan Pierre Tendean Manado, tepatnya di depan tugu Robert Wolter Mongisidi.
Kordinator lapangan dalam orasinya di aksi yang mengusung tema “Mengusut tuntas sengketa agraria di Kecamatan Galela”, Fidel mengatakan, meski Galela berada di Maluku Utara, tapi sebagai putra daerah yang kini mengenyam pendidikan di Sulut, GEMA-PRODEM tidak boleh tinggal diam atas ketidakadilan yang terjadi di daerah sendiri.
Selain berorasi, Rudhy Pravda lun memimpin massa membaca sajak dan puisi demikian; pesan sang ibu: Wiji Thukul, kabar untuk anakku, sajak kebohongan pesta rakyat. Dirampok di tanah sendiri sajak untuk petani galela.
Aksi ini dipicu oleh keberadaan salah satu perusahaan di daerah asal mereka, yaitu PT KSO yang HGU-nya dituding menggunakan tanah milik rakyat.
“Kembalikan 2000 hektare tanah kepada petani Galela tanpa syarat,” teriak Rudhy.
Tak hanya itu, dirinya juga mengecam tindakan perampasan tanah milik rakyat.
“Stop perampasan tanah petani Galela dan kriminalisasi aparat keamanan terhadap petani,” jelasnya.
Massa pun mendesak TNI-Polri untuk membela kepentingan masyarakat, khususnya serikat petani Galela serta menjalankan proses hukum kepada mereka yang menjadi pelaku kriminalisasi terhadap petani.
“Berikan demokrasi seluas-luasnya untuk rakyat tertindas seperti petani, buruh, nelayan, kaum miskin kota, desa dan perempuan,” pungkas Fidel.
(sti)